Mazmur 2

14 October 2018
Mazmur 2
Pdt. Agus Marjanto, M.Th · Mazmur 2

Mazmur 2

Mazmur pasal 2 dinyanyikan pada waktu pentahtaan Daud sebagai raja. Tetapi sebenarnya, Mazmur pasal 2 bukan saja berbicara mengenai Daud, melainkan berbicara mengenai satu Pribadi yang diurapi, yaitu Yesus Kristus. Jikalau saudara-saudara melihat Mazmur pasal 2 ini, maka Mazmur ini bisa dibagi menjadi empat bagian dan kita akan melihat pengajaran apa yang Allah berikan kepada kita gereja-Nya dan bagi seluruh umat manusia.

(1) Ayat 1-3. Narator di dalam ayat 1-3 itu melihat kepada kumpulan orang banyak yaitu bangsa-bangsa, dari tahta yang tertinggi sampai rakyat jelata. Mereka semua bermufakat merancangkan satu rencana yang sangat mengejutkan dan sangat berani, yaitu melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya. Mereka mau terlepas dari pemerintahan Tuhan dan yang diurapi-Nya. Ini adalah pemberontakan yang ultimate, yang tertinggi, melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya. Di dalam ayat 1-3 ini, ada dua penekanan besar di bagian ini.

Penekanan yang pertama ada di dalam Mazmur pasal 1. Sebenarnya di dalam bahasa aslinya, Ibrani, maka Mazmur pasal 1 dan pasal 2 adalah satu kesatuan. Minggu yang lalu saya sudah berbicara mengenai Mazmur pasal 1. Bagaimana ada suatu progresifitas dari dosa. Daud menuliskannya, orang yang jahat itu adalah orang yang berjalan menurut nasihat orang fasik, orang yang berdiri di jalan orang berdosa, orang yang duduk di dalam kumpulan pencemooh. Daud menyatakan orang ini adalah orang yang makin lama makin bertambah jahat. Dosa akan selalu bergerak, selalu akan mengembang, meluas, menjalar, dosa selalu akan masuk ke dalam hati kita makin lama makin dalam. Tetapi bukan itu semuanya, dosa pada akhirnya adalah melawan pribadi Allah secara terbuka. Jikalau manusia bisa, manusia akan membunuh Tuhan. Kalimat dari buku yang dituliskan oleh NietzscheThe Death of God”, itu menyatakan bahwa manusia memiliki satu ambisi, yaitu melawan Tuhan, untuk mematikan Tuhan, untuk menyamai Tuhan, dosa yang sama di dalam Kejadian pasal 3. Mungkin saudara mengatakan saya tidak seperti itu, saya tidak mungkin melawan Tuhan, saya tidak mungkin akan mematikan Tuhan, tetapi Alkitab menyatakan Tuhan di surga itu memerintah manusia melalui Firman-Nya dan kehendak-Nya, ketika kita melawan Firman-Nya, sebenarnya kita melawan Pribadi-Nya Allah. Tetapi bukan itu saja, bagian pertama ini menekankan hal yang kedua. Tuhan menyatakan pemerintahan-Nya di dunia melalui orang khusus-Nya, yang dipilih-Nya, singular, not people dan ini adalah satu Pribadi yang dinyatakan sebagai wakil Allah di dunia ini yaitu Yesus Kristus. Dialah yang diurapi oleh Allah, untuk satu tugas yang khusus, menyatakan pribadi Allah itu, menyatakan kehendak-Nya. Di dalam Perjanjian Baru ada kalimat-kalimat Yesus seperti ini, “Barangsiapa mengenal Aku dia mengenal Bapa, barangsiapa percaya kepada-Ku dia percaya kepada Bapa, barangsiapa menerima Aku dia akan menerima Bapa, barangsiapa melihat Aku dia akan melihat Bapa, barangsiapa mengasihi Aku dia mengasihi Bapa, barangsiapa membenci Kristus dia membenci Bapa.” Seluruhnya mau menyatakan apa yang menjadi respons kita kepada Yesus Kristus adalah respons direct kita kepada Allah. Kristus adalah satu-satunya Pribadi yang mewakili Allah dan manusia. Pemerintahan-Nya di dunia ini terjadi melalui perkataan-Nya itu kita taati atau tidak. Di dalam ayat yang ke-3 dinyatakan bangsa-bangsa itu, orang-orang yang jahat itu yang pertamanya hanya berdosa yang kecil dan kemudian dia menikmati dosa itu dan kemudian dia merancangkan dosa itu dan dia akan menjadi sama dengan evil itu dan kemudian dia akan menantang Tuhan dengan tepat di depan wajah-Nya, maka mereka mengatakan, “aku akan memutuskan belenggu-Mu ya Allah, aku tidak mau diatur oleh-Mu, aku tidak mau mentaati Engkau, aku tidak mau mengenal Engkau.” Ini adalah gerakan rebellion kepada Pribadi Allah, melalui Anak-Nya.

(2) Ayat 4-6. Bagian kedua ini menyatakan Pribadi Allah Bapa. Apa yang menjadi respons Pribadi Allah Bapa melihat seluruh bangsa berkumpul dan menentang Dia? Alkitab mengatakan secara ironi bahwa Allah itu tertawa cynical, Allah tidak gentar ketika bangsa-bangsa melawan Dia. Allah tidak mempersiapkan tentara-Nya, Allah tidak menghitung berapa banyak musuhnya. Allah tertawa, di dalam bahasa aslinya, tertawa dalam kejijikan. Ini kalimat yang benar-benar merendahkan, Allah mengolok-olok mereka. Ada suatu paradoksikal di sini. Bagian ini, sebenarnya dikutip di dalam Kisah Para Rasul 4:24-27. Oh, saya sangat bersyukur sekali untuk ayat-ayat ini. Ada sesuatu yang tersembunyi di sini, suatu paradoks dan itu menjadi penghiburan besar bagi gereja yang dianiaya. Secara fenomena, secara penglihatan mata, Yesus-lah yang sedang diolok-olok, gerejalah yang sedang dianiaya, gereja yang sedang ditertawakan oleh dunia, tetapi para Rasul mengerti bahwa secara kosmik drama maka sebenarnya pada saat manusia mengolok-olok Yesus Kristus, Allah sedang mengolok-olok mereka. Allah meninggalkan manusia pada saat manusia meninggalkan kebenaran. Kita berpikir saya yang akan keluar dari gereja, saya yang tidak peduli dengan gereja ini, saya tidak peduli dengan Firman-Nya, saya akan keluar dari tempat ini, pada saat yang sama sebenarnya Allah yang melepaskan mereka.

Saya sering sekali melihat hal-hal seperti ini di dalam kehidupan orang-orang. Mengambil keputusannya sendiri berdasarkan kesukaannya sendiri, tidak berani masuk lebih dalam untuk memikul salib dan berjuang, memikirkan diri sendiri dan memikirkan seluruh muka sendiri dan ketika diri itu disinggung, ketika diri itu direndahkan, maka pada saat itu dia berpikir diri lebih tinggi daripada apapun saja yang ada. Oh, saya akan keluar dari pelayanan. Oh, saya akan keluar dari gereja. Pada saat seperti itu dia berpikir bahwa dia boleh memilih, padahal di dalam Alkitab, setiap kali pilihan yang sifatnya untuk diri adalah dosa. Dia mulai mentertawakan sesuatu yang clear adalah kebenaran dan dia berpikir bahwa Allah bisa memakainya di tempat yang lain. Tidak! Allah itu menentukan siapa yang diurapi-Nya dan di dalam kasus ini secara universal yaitu Yesus Kristus. Mengolok-olok Yesus Kristus, pada saat yang sama, Allah mengolok-olok mereka. Mereka marah kepada Yesus Kristus, pada saat yang sama, sebenarnya Allah marah kepada mereka. Allah marah! Allah murka! Alkitab menyatakan Allah itu murka dan kita tidak bisa bermain-main dengan Dia karena Dia mudah untuk marah. Alkitab menyatakan kepada kita ada satu Pribadi yang saudara dan saya harus takuti, dan Pribadi itu adalah Yesus Kristus. Takut kepada-Nya bukan takut sebagai budak, tetapi menghormati Dia dengan menjalankan Firman-Nya. Satu pembahasan yang paling kita jarang untuk mendengarkan adalah bicara mengenai Allah yang murka, tetapi di dalam Alkitab, pembahasan mengenai Allah yang murka jauh lebih banyak daripada pembahasan mengenai Allah yang penuh kasih. Allah yang murka adalah karena kesucian-Nya tidak pernah bisa dikompromikan, minggu yang lalu saya sudah mengatakan “Let God be God, let men be men.

Sekali lagi, gereja kita harus belajar mengenai kesucian Allah, ini adalah pokok yang penting sekali. Seluruh rasul dan nabi selalu belajar mengenai kesucian Allah di dalam seluruh bagian hidupnya dan jikalau kesucian itu dilanggar maka Allah itu murka adanya. Beberapa ratus tahun yang lalu ada seorang Reformed Puritan yang sangat diurapi oleh Tuhan namanya adalah Jonathan Edwards dan orang ini mengkotbahkan dalam satu kebaktian yaitu kotbah yang berjudul “Orang berdosa di tangan Allah yang murka”. Ini adalah kotbah yang sangat-sangat powerful dan membangunkan pada waktu itu. Umat Allah yang mendengarkan kotbah itu, mereka semuanya meratap. Jonathan Edwards adalah orang yang sungguh mengenal Allah. Seluruh orang di dalam sejarah yang dipakai oleh Tuhan, selalu berbicara mengenai kesucian Allah dan kemurkaan Allah, bukan bicara mengenai kasih Allah dan kebaikan Allah. Ketika kesucian Allah dan kemurkaan Allah diberitakan dan kemudian jemaat itu bertobat, dengan sendirinya jemaat akan mengerti ada kebaikan dan kasih Allah di situ. Perhatikan apa yang dikotbahkan oleh Jonathan Edwards dan saya akan membacakan satu bagian kecil dari seluruh uraian kotbahnya. Dia berbicara seperti ini kepada jemaatnya:

“Renungkanlah baik-baik hal ini, anda yang hadir di sini yang masih tetap belum bertobat. Tuhan akan melaksanakan kehangatan murka-Nya, artinya bahwa Ia akan melampiaskan murka-Nya tanpa belas kasihan sedikitpun. Ketika Allah melihat penderitaan anda yang luar biasa dan melihat penderitaan anda sangat tidak sebanding dengan kekuatan yang anda miliki dan melihat betapa jiwa anda yang malang diremukkan dan binasa seperti yang seharusnya ke dalam kegelapan abadi. Ia tidak akan merasa kasihan kepada anda. Ia tidak akan menunda atau menahan pelaksanaan murka-Nya, Dia juga tidak sedikitpun meringankan hukuman-Nya, tidak akan ada belas kasihan atau kemurahan dan Ia sama sekali tidak akan menahan badai murka-Nya yang mengamuk, Ia tidak akan mempedulikan keselamatan anda.”

Di tempat yang lain Jonathan Edwards berkotbah seperti ini:

“Sekarang Tuhan masih mengasihani anda, ini adalah hari kemurahan, anda boleh menangis sekarang dengan ratapan untuk memperolah belas kasihan. Tetapi waktu hari kemurahan ini berlalu, tangisan dan ratapan anda yang paling menyayat hati dan memilukan akan menjadi sia-sia belaka. Anda akan sepenuhnya terhilang dan dibuang dari hadapan Allah, tidak sedikit pun Ia memperdulikan keselamatan anda. Tidak ada tempat yang pantas bagi anda, di mana Tuhan dapat memakai anda kecuali untuk menderita sengsara. Anda akan terus menerus dalam keadaan demikian tanpa akhir karena Anda akan menjadi sebuah bejana murka Allah yang pantas dihancurkan dan tidak ada kegunaan lain bagi bejana ini selain diisi penuh dengan murka Allah. Tuhan tidak akan memberikan belas kasihan kepada anda saat anda menangis kepada Dia. Dia hanya akan tertawa dan mengolok-olok.”

Apakah saudara mengerti hal ini? Satu hal yang menjadi isi hati saya terdalam adalah saya menginginkan kita semua mengenal pribadi Allah yang sejati. Banyak sekali pengajaran yang sudah kita dengar tetapi pengajaran itu adalah pengajaran yang bukan menjelaskan berkenaan dengan Allah yang sejati. Pengajaran yang menyatakan Allah yang memberikan kelancaran dan Allah yang mengasihi aku dan menerima aku apa adanya. Jawabnya adalah tidak! Allah tidak pernah menerima kita apa adanya di dalam state of sin. Kita tidak mungkin bisa diterima oleh Allah di dalam perdamaian jikalau kita tetap di dalam dosa. Allah itu sungguh-sungguh marah, Allah sungguh-sungguh marah kepada orang fasik, orang-orang fasik Alkitab mengatakan tidak akan tahan di dalam penghakiman-Nya. Saudara-saudara kita harus mengerti, kita harus sadar. Bayangkan penghakiman Allah yang paling kejam, bayangkan penghakiman Allah yang paling menakutkan, saya berikan jaminan kepadamu jikalau engkau masuk ke dalam penghakiman itu, penghakiman itu jauh lebih kejam daripada apa yang engkau bisa pikirkan, maka bertobatlah sekarang, jangan bermain-main dengan agama, jangan engkau pikir boleh pergi hari minggu dan kemudian mendengarkan Firman dan kembali dan melupakannya. Ambil serius Firman ini, Allah di surga mengolok-olok mereka dan manusia yang berdosa dengan dosa yang kecil akan makin lama makin ultimate, yang akan melawan Allah. Jangan menyembunyikan dosa, jangan bermain-main dengan agama, kita tidak bisa bermain-main lagi dengan Tuhan. Saudara tidak lagi bisa pakai topeng beragama dan saudara-saudara berpikir bahwa kita lebih baik daripada orang lain dan kemudian kita boleh menghakimi orang lain. Atau saudara memakai kata kasih sebenarnya saudara mentolerir sesuatu hal yang akarnya adalah dosa. Kita harus bertobat! Kita harus sungguh-sungguh serius kepada Tuhan. Kita bukan cuma hanya menempelkan agama Kristen dalam hidup kita. Kita sungguh-sungguh harus di dalam Yesus Kristus. Dan kemudian Allah Bapa di surga berbicara, “Aku akan melantik rajaku di gunung Sion.” Saudara-saudara, sekarang kita akan masuk bagian yang ketiga.

(3) Ayat 7-9. Ayat-ayat ini berbicara mengenai satu Pribadi yang diunggulkan. Allah Bapa sendiri berbicara tentang satu Pribadi yaitu Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan di dalam bagian ini maka ayat ke-7 mengatakan, “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Ku-peranakkan pada hari ini!” Apa artinya? Itu adalah Aku peranakkan di dalam kekekalan. Apakah Allah itu beranak? Jawabannya adalah tidak! Kata “Aku peranakkan Engkau pada hari ini” bicara berkenaan bahwa Yesus Kristus bukan dicipta. Anak itu adalah satu figur yang menyatakan sifat-Nya, esensi-Nya sama dengan Bapa. Itu bicara berkenaan dengan Kristus yang kekal di dalam kekekalan, Kristus itu bukan ciptaan. Kristus itu adalah satu Pribadi yang memiliki sifat yang sama dengan Bapa-Nya. Kalimat ini menyatakan Pribadi Kristus yang tidak tertandingi dibandingkan siapapun saja. Yesus Kristus lebih tinggi daripada seluruh malaikat, Musa, Harun, Yosua, dan seluruh pendiri agama. Dan prinsip ini ada di dalam Ibrani 1:5.

Saudara-saudara, di dalam ayat ke-7, saya tadi sudah katakan berbicara tentang Kristus yang tidak tertandingi tetapi di dalam ayat ke-8 ini berbicara mengenai Kristus yang adalah Raja melalui penebusan. Bagaimana mungkin Yesus Kristus akan mendapatkan bangsa-bangsa? Bagaimana mungkin seluruh ujung bumi manusianya menjadi kepunyaan Yesus Kristus? Kalimat-kalimat ini berbicara mengenai Yesus menjadi Raja. Tetapi bagaimana Yesus Kristus itu menjadi Raja? Jawabannya adalah melalui penebusan. Kalau saudara-saudara melihat di dalam kitab nabi, ada satu kalimat yang kemudian nanti akan terjadi dalam kitab Wahyu dan kalimat itu adalah Christ is the desired of all nations. Bangsa-bangsa akan berduyun-duyun kepada Dia. Bangsa-bangsa akan membawa persembahan yang terbaik kepada Dia dan kalimat ini kemudian terjadi pada waktu akhir jaman. Dan di dalam kitab Wahyu dikatakan bahwa bangsa-bangsa akan datang kepada Dia membawa persembahan. Tetapi ada sesuatu yang unik di dalam kitab Wahyu, bahwa mereka akan membawa persembahan kepada Anak Domba. Mari kita melihat Wahyu 21:23-24, 26. Yesus akan memiliki hati seluruh bangsa. Kalau kita adalah orang-orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan, maka kita adalah orang-orang yang bisa melihat kemuliaan dan keindahan Kristus. Dan ketika kemuliaan dan keindahan itu kita lihat, hati kita menjadi milik-Nya dan jikalau hati kita menjadi milik-Nya, seluruh property di dalam hidup kita menjadi milik-Nya. Kadang kalau kita seringkali mengeluh, atau tidak rela untuk memberikan, maka saya tahu masalahnya. Masalahnya bukan karena hitung-hitungan uang yang masuk dan yang keluar, tetapi masalahnya adalah kita kurang melihat kemuliaan Kristus lebih dari segalanya. Kita tidak melihat kemuliaan Kristus. Kita tidak bertumbuh melihat kemuliaan Kristus. Alkitab mengatakan, “Christ is the desired of all nations”. Jikalau itu bukan menjadi desire kita, jikalau wahyu itu bukan menjadi hidup kita, jikalau kita tidak rela untuk memberikan seluruh property kita kepada Dia, maka ada sesuatu yang salah. Bukan orang lain, bukan gereja, bukan Kristus, tetapi diri! Diri tidak lagi melihat kemuliaan Kristus. Orang yang melihat kemuliaan Kristus, dia akan memberikan apa pun saja kepada Kristus melalui seluruh konteks kehidupan. Dia tidak akan melihat manusia, dia tidak akan melihat musuh bahkan, dia tidak melihat organisasi, Dia melampaui itu semua.

Perhatikan, ayat 7 bicara mengenai Kristus yang tidak tertandingi, ayat 8 bicara mengenai Kristus yang menebus, ayat 9 bicara mengenai Kristus yang menang. Saudara-saudara, ayat ini dikutip di dalam Wahyu 2:27. Ayat ini bicara berkenaan dengan kemenangan Kristus di akhir zaman. Ini adalah ayat-ayat inti dari seluruh Mazmur ini. Itulah sebabnya Mazmur pasal 2 disebut sebagai Messianic Psalm. Karena Mazmur pasal 2 secara khusus berbicara mengenai Pribadi Yesus Kristus yang akan datang itu. Meskipun Mazmur pasal 2 dinyanyikan waktu pentahtaan Daud, tetapi sebenarnya Mazmur pasal 2 mau menyatakan ada satu pentahtaan yang jauh lebih tinggi daripada Daud, yaitu Pentahtaan Kristus. Dia adalah satu-satunya Pribadi yang tak terandingi. Dia adalah satu-satunya Pribadi yang menebus. Dia adalah satu-satunya Pribadi yang menang. Dan ketiga hal itu adalah karena Kristus ditahtakan menjadi Raja.

(4) Ayat 10-12. Bagian ini bicara berkenaan dengan Roh Kudus. Ada keindahan di dalam seluruh Mazmur ini. Pertama narator melihat seluruh bangsa yang maju bergerak untuk melawan Allah. Kemudian narator melihat Allah Bapa di surga dan bagaimana Dia mengolok-olok mereka. Kemudian Allah Bapa di surga menetapkan Kristus Yesus, dan seluruh mata sekarang menuju kepada Kristus Yesus. Dia tidak tertandingi. Dia yang menebus. Dia yang menang. Dia adalah Raja. Dan sekarang seluruh bangsa harus berhadapan dengan Kristus dan Bapa di surga. Apa yang menjadi keinginan dari bangsa-bangsa, itu diwujudkan oleh Bapa di surga. Engkau mau melawan Aku? Baik, Aku akan tertawa kepadamu. Aku akan mengurapi Raja. Engkau melawan dan mengolok-olok Dia, Aku melawan dan mengolok-olok engkau. Ini adalah peperangan terbuka. Dan saudara-saudara lihat bagaimana kemarahan dari seluruh bangsa. Mazmur pasal 2 dimulai dari seluruh bangsa, Allah membiarkan kita untuk berbicara, Allah membiarkan orang-orang itu jahat berlaku semau-maunya, sampai pada waktunya, Allah-lah yang akan berbicara pada akhir. Engkau mau berbicara untuk melawan Allah? Engkau mungkin tidak berani berbicara melawan Allah, tetapi kita tidak mau menaati Firman-Nya. Saya katakan kepadamu, kalimat terakhir dari seluruh bumi ini bukan di tangan manusia, itu adalah kalimatnya Allah. Kalimat terakhir bukan sesuka-sukanya kita, tetapi Allah yang akan berbicara pada akhirnya. Tetapi ada sesuatu paradoks yang besar di sini. Setelah semua bangsa itu berbicara dan Allah itu mengolok-olok dan Kristus itu ditahtakan, ayat yang 10-12, saudara bisa mendengarkan suara dari Holy Spirit yang gentle. Bukan suatu penghakiman, tetapi suatu penghiburan. Bukan suatu final, tetapi sesuatu dorongan. Allah di dalam kelembutannya sekali lagi berbicara, Roh Kudus berbicara dengan kalimat-kalimat yang mendorong kita untuk mendekat kepada Allah dan bertobat. Tetapi kita jangan pernah merendahkan kalimat itu. Karena di dalam kalimat itu dikatakan, dengan gentle, dengan lembut, Roh Kudus mengatakan supaya jangan Allah itu murka dan kamu binasa di jalan. Mudah sekali murkanya itu menyala. Bertindaklah bijaksana, hai bangsa-bangsa. Bertindaklah untuk menerima pengajaran, hai para hakim dunia. Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut. Ciumlah kaki-Nya dengan gemetar. Oh, ini paradoks di dalam paradoks. Suara Roh Kudus yang gentle dibandingkan dengan suara Allah Bapa yang murka, berarti masih ada kesempatan, ada kesempatan sama seperti Jonathan Edwards tadi mengatakan, “Ketika masa kasih karunia itu diberikan kepada saudara dan saya, masih ada kesempatan untuk meratap, sekarang merataplah.” Sekarang bertobatlah, take it seriously hidup di hadapan Allah. Tanggalkan seluruh kemunafikan itu. Jangan engkau meninggalkan kasih karunia Allah, sehingga ada akar pahit di dalam hatimu. Jangan engkau seperti Esau. Dia menjual hak kesulungannya dan kemudian setelah itu, dia menginginkannya kembali, dia tidak pernah bisa mendapatkannya. Banyak orang Kristen meninggalkan sarana anugerah dari Allah, dan karena dia meninggalkan sarana anugerah itu, dia menghidupi kepahitan itu. Dan Alkitab mengatakan, itu adalah seperti Esau. Engkau menjual hak kesulunganmu, menjual Firman yang sampai kepada kita dengan begitu jelas dengan lust, sesuatu yang aku inginkan. Alkitab mengatakan, persis seperti Esau. Tetapi hari ini, Mazmur pasal 2 mengatakan, “Bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, beribadahlah kepada TUHAN dengan takut, dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan.”

Di dalam ayat-ayat ini, saya mau menyoroti ayat yang ke-11. Di dalam bahasa aslinya adalah serve the LORD with fear dan kedua adalah rejoice, love the LORD with trembling. Dan ini adalah berbicara tentang orang yang ditebus. Saudara-saudara, perhatikan baik-baik. Jikalau kita tidak mengenal Allah, jikalau kita tidak mengerti seberapa dalamnya dosa, saudara akan pergi ke gereja dan bersukacita di gereja, saudara-saudara akan merasa dikasihi dan mengasihi Tuhan, tetapi sebenarnya hanya kamuflase; dan kita akan merasa diterima oleh Allah apa adanya. Kita bahkan nanti pada sampai satu titik, kita bisa sesuka-sukanya untuk berhadapan dengan Allah. Karena saya adalah anak Tuhan, anak Raja, maka tidak akan ada fear and trembling. Tetapi kalau saudara tidak pernah mengenal Kristus dan di dalam hidup kita hanya ada fear and trembling, saudara akan terpaksa. Persis seperti orang-orang munafik itu, ahli Taurat dan orang Farisi mengikuti seluruh hukum Allah dengan fear and trembling, tetapi tidak ada love and rejoice. Dan ini adalah orang-orang Farisi, orang-orang Legalism. Orang-orang yang tidak mengenal Allah, hanya akan bisa masuk dalam dua hal ini, kalau dia tidak Legalism, dia akan menjadi Anti Nomianism. Anti-nomian, anti hukum. Oh, saya sudah diterima, sudah diselamatkan oleh Yesus. Allah itu baik, Allah itu Bapa saya. Saya tidak apa, boleh pergi ke gereja, boleh tidak. Tuhan itu mengasihi saya, Tuhan tahu kesulitan saya, Tuhan tahu pergumulan saya, Tuhan tahu saya tidak punya waktu. Baiklah, Tuhan itu begitu baik pada saya. Saya katakan kepada saudara-saudara, saudara tidak mengenal Allah! Engkau pasti masuk ke dalam penghakiman-Nya.

Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mengenal Kristus Yesus, melihat kemuliaan-Nya, melihat kesuciaan-Nya, melihat murka-Nya, dan kemudian dia meratap karena dosanya, dan Kristus kemudian mengampuni kita di atas kayu salib. Visi Kalvari itu akan membentuk dalam hati kita, dua hal yang tidak bisa dibentuk oleh dunia, yang tidak bisa dibentuk oleh agama, rejoice and love, fear and trembling, bersama-sama di dalam hatiku. Sudah berapa lama saudara menjadi orang Kristen? Sudah berapa lama saudara mendengarkan kotbah? Saya menyatakan apa yang Alkitab nyatakan. Saya jujur kepada engkau, saya sungguh-sungguh terbuka di hadapanmu. Bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya! Kiranya Tuhan boleh dipermuliakan. Mari kita berdoa!


Matius 6:9-13
 
 
GRII Sydney

GRII didirikan di atas dasar Pengakuan Iman Reformed Injili dengan tujuan menegakkan satu gereja yang berbasiskan teologi Reformed, dengan mimbar yang menyampaikan khotbah ekspositoris, read more