[simple_crumbs root="Home" /]
kembali

17 September 2023

Pdt. Agus Marjanto, M.Th

Pertanyaan-pertanyaan Allah Kepada Manusia (10)

Yes 5:1-7, Mar 4:1-20

Masalah berbuah atau tidak berbuah bukan masalah sederhana di isi hatinya Tuhan. Biarlah jemaat boleh mengerti, kalau kamu tanya apa kehendak Allah. Apa kehendak Allah bagiku? Bukankah seluruh kalimat-kalimat yang kita baca ini begitu jelas, Allah menghendaki setiap kita berbuah. Tidak peduli keadaan apapun saja kita. Ini adalah panggilan, tidak berbuah itu bisa merupakan sesuatu masalah yang fatal. Tidak berbuah bisa merupakan tanda tidak bertumbuh. Lebih daripada itu, tidak berbuah bisa menjadi tanda bahwa itu suatu kepalsuan. Masalah berbuah atau tidak berbuah bukan masalah sederhana bagi Allah. Biarlah kita boleh memperhatikan apa yang diperhatikan oleh Tuhan kita. Saya teringat berkali-kali, di mana-mana, di gereja selalu bicara mengenai karunia Roh, bicara mengenai bahasa Roh, terus dibicarakan; tapi tidak pernah membicarakan ini dengan berkali-kali. Saudara-saudara bisa melihat bahwa gereja sudah meleset dari titik beratnya. Apa yang menjadi penekanan Allah, kita tidak tekankan. Apa yang Allah bicarakan hanya satu kali, kita terus khotbah-khotbahkan. Bicara mengenai berbuah adalah sesuatu yang menjadi perhatian Allah. Sekali lagi, biarlah kita boleh menyadari, kita ditebus untuk berbuah. Kita dilepaskan dari kegelapan untuk berbuah. Kita diberi karunia demi karunia untuk berbuah. Kita diberi pengampunan demi pengampunan untuk berbuah. Gereja diberikan Firman yang sejati untuk kita boleh berbuah. Tadi kita sudah mendengar kesaksian. Saya langsung me-refer kepada satu pokok dari pertanyaan Allah, apalagi kita yang ada di sini, “Apa yang Tuhan itu kurang berikan kepada kita?”

Hari ini, detik ini, puluhan ribu orang di Libya terkena banjir yang besar secara tiba-tiba. Akhirnya mereka hanyut dan mati. Mereka tidak punya kesempatan lagi untuk beribadah. Mereka tidak punya kesempatan lagi untuk doa pada hari Sabtu. Tidak punya kesempatan untuk memberitakan Injil. Tidak memiliki kesempatan lagi untuk memberikan persembahan atau perpuluhan atau hal untuk menunjang misi. Semua itu diberikan Allah kepada kita, tetapi beberapa orang pergi ke gereja pun sesuatu yang tawar-menawar. Bahkan orang itu memberikan persembahan pun bertanya, “Kenapa saya mesti memberikan perpuluhan?” Kita ketika bicara mengenai pelayanan, kita bilang, “Oh jangan banyak-banyak secukupnya aja!” Allah bertanya pada pagi hari ini kepada kita semua, “Apa yang kurang yang Aku lakukan kepadamu, hai jemaat?” Kalau itu diambil, baru saudara dan saya nangis. Aduh, aku ingin berbagian dalam misi tapi aku sudah tidak bisa, hutangku sekarang banyak. Aku ingin ikut KKR regional, tapi sekarang sudah sakit ini, sudah tidak bisa, terminal ill. Selalu kita terlambat untuk bertobat.

Kita akan bicara berkenaan buah di dalam Alkitab. Saya yakin bahwa pembahasan ini tidak terlalu sulit. Karena saudara dengan mudah sekali menemukan kanal-kanal pengajaran ini begitu terpampang jelas.  Buah di dalam Alkitab ada dua bagian besar. Yang pertama disebut sebagai buah Roh. Buah Roh ada dalam Galatia 5:22: ‘Tetapi buah Roh ialah: Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.’ Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Saya tidak menjelaskan satu persatu. Tetapi ini adalah satu buah Roh, sembilan rasa. Buah Roh ini adalah tanda keaslian, kesejatian. Yesus sendiri mengatakan dari buahnya, engkau tahu pohon itu pohon apa. Saudara mungkin tidak terbiasa membedakan pohon apa dan pohon apa. Tetapi saudara bisa mendefinisikan pohon berdasarkan buahnya. Pohon rambutan karena rambutan buahnya, bukan pohon mangga. Sebagian orang tidak mengerti bedanya pohon rambutan sama pohon mangga, tetapi saudara bisa mengerti dari tumbuhan itu berdasarkan buahnya. Maka saudara, buah Roh adalah tanda orang itu milik Allah. Nanti kita akan lihat, ada buah daging adalah milik orang-orang yang akan dimurkai oleh Allah. Hal yang lain yang kita perlu perhatikan adalah buah Roh yang merupakan tanda kesejatian itu artinya akan ada kalau sebelumnya kita mendapatkannya terlebih dahulu. Ini akan ada dalam hidup kita kalau sebelumnya ini diberikan kepada kita terlebih dahulu. Di dalam bahasa teologianya saya sudah menekankan ini, sanctification (pengudusan) itu ada, terjadi dalam hidup kita, jika dan hanya jika kita sudah dilahirbarukan terlebih dahulu. Ketika saya bicara mengenai dilahirbarukan, itu bukan ide terima Yesus Kristus, tetapi pengalaman real bahwa kita dimiliki oleh Kristus. Jikalau poin yang pertama ini adalah pembenaran atau menerima Yesus Kristus atau kelahiran baru ini tidak ada, maka seluruh buah ini adalah suatu tempelan dari luar dalam hidup kita. Ini tidak muncul dengan sendirinya. Ketika tidak muncul dengan sendirinya karena suatu tanda bahwa ada sesuatu hal yang tidak beres dalam kerohanian kita.

Kita tidak bisa hidup kudus tanpa kita terlebih dahulu dikasihi oleh Tuhan. Semua dari buah Roh ini, satu buah Roh 9 rasa, semua rasa buah Roh ini adalah bicara mengenai kekudusan. Ketika bicara mengenai kekudusan itu bukan berarti saudara tidak nonton video porno, itu jelas. Tetapi bicara berkenaan dengan segala sesuatu yang dimiliki oleh Allah. Kita tidak mungkin mengeluarkan kasih kalau sebelumnya kita tidak pernah mengalami Allah mengasihi kita. Seberapa pun saja saudara, sehebat apapun eksposisi apapun teologianya, jikalau kita tidak pernah mengalami Allah mengasihi kita, saudara dan saya bisa membedah, mendefinisikan, membuat sesuatu khotbah mengenai kasih. Sejauh kasih itu tidak pernah kita alami, tidak pernah kita mengeluarkan buah kasih. Ketika Tuhan bicara buah Roh, maka itu bicara mengenai sesuatu yang sudah dikerjakan oleh Roh Kudus terlebih dahulu, baru akan mengeluarkan hal-hal tersebut. Saudara tidak mungkin akan ada sukacita, damai sejahtera, kalau kita tidak pernah mengalami diterima oleh Allah. Kalau saudara dan saya itu tidak pernah mengalami Allah yang begitu sabar menunggu kita, kesabaran dalam bahasa aslinya adalah long suffering, saudara tidak mungkin akan memberikan kesabaran kepada orang lain. Kalau saudara dan saya tidak pernah mengalami Allah murah hati kepada kita, maka saudara akan sulit murah hati kepada orang lain. Ini adalah kuncinya; pembenaran, menerima Kristus, mengalami Allah berintervensi, baru akan menghasilkan proses pengudusan ini. Kalau itu tidak terjadi, maka kita akan melihat bahwa kita akan memiliki konsep yang benar tentang justification, sanctification, mengenai Yesus Kristus, dwi natur Yesus Kristus, apapun saja. Tetapi kita terus-menerus selalu memiliki kebencian pada orang lain, kita tidak mau untuk belajar menerima orang lain. Default dari hati kita adalah dendam dan iri kepada orang lain. Kita melihat secuil kesalahan orang lain tetapi kita tidak pernah bisa melihat balok di depan mata kita. Kita begitu peka terhadap dosa orang lain tapi tidak pernah peka akan dosa sendiri. Kita tetap pada dosa kita sebagus apapun saja pengertian teologi kita. Kita persis seperti perumpamaan yang Yesus katakan. Kita adalah orang-orang yang sudah diampuni dengan 10,000 talenta, tetapi orang yang bersalah, yang berhutang pada kita 100 dinar itu, kita cekak-cekik terus, kita tuntut terus. Saya baru saja mendapat satu data, ada kemungkinan bahwa uang seluruh Romawi di kerajaan Romawi pada waktu itu tidak sampai 10,000 talenta. Orang yang tidak pernah mengalami dikasihi oleh Tuhan, diampuni oleh Tuhan, dia akan terus cari kesalahan orang lain; apa saja. Begitu tidak suka sama orangnya, hal kecil saja langsung dia akan lihat ini salah, ini salah. Baloknya yang dia itu selalu menyalahkan orang lain tidak pernah kelihatan. Kita tidak mungkin akan mengeluarkan kemurahan kalau tidak diberikan kemurahan. Tidak mungkin memberikan kesabaran kalau Tuhan tidak sabar kepada kita terlebih dahulu. Tidak mungkin ada belas kasihan kalau kita tidak diterima dengan belas kasih yang terlebih dahulu. Jika saudara mengerti poin ini, mengalami hal ini, seberapapun saudara adalah orang Kristen, selama apapun saja, pada pagi hari ini doa sama Tuhan; kasihanilah aku Tuhan, berikan aku pengalaman aku menerima Engkau, aku punya pengalaman dilahirbarukan oleh Engkau.

Saudara, lihatlah sekarang di dalam Alkitab, bandingkan dengan perbuatan-perbuatan daging ayat ke-19: ‘Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.’ Mungkin kalau orang-orang itu tidak tahu balok pada matanya sendiri, mungkin saja orang itu adalah orang gereja, mungkin adalah orang gereja Reformed. Saudara bisa peka terhadap sesuatu kesalahan dari doktrin orang lain, iya itu adalah sesuatu yang perlu. Tetapi di tempat yang lain, saudara tidak peka adanya roh pemecah di dalam mulut dan hati kita. Setiap kali bicara, orang keluar. Setiap kali bicara, bukan memberitakan Injil untuk orang masuk, orang keluar. Saudara bisa hidup dengan begitu? Saudara mengaku bahwa itu adalah orang Kristen sejati? Kalau itu bukan roh pemecah di dalam hati kita, itu apa? Biarlah kita boleh mengerti, hal-hal seperti ini, itu real di dalam gereja.

Hal yang ke-2 adalah buah pelayanan. Satu adalah buah Roh, yang ke-2 adalah buah pelayanan. Tetapi saya mau masuk ke intinya. Buah pelayanan bukan bicara berkenaan dengan saudara melayani banyak di choir atau khotbah atau apapun. Buah pelayanan adalah suatu buah yang dihasilkan yang merupakan ekspansi Kerajaan Allah. Jadi hasil dari pelayanannya itu mengekspansi Kerajaan Allah di tengah-tengah dunia. Di dalam Perjanjian Baru, saudara dan saya akan melihat bahwa by default ini adalah buah dari christian duty, khususnya mengabarkan Injil. Jadi kita harus mengerti bahwa pekabaran Injil adalah sesuatu christian duty yang lahir karena pekerjaan Roh Kudus. Dan tujuan mengabarkan Injil adalah menjadikan segala bangsa murid Yesus. Kalau saya boleh bicara mengenai mengeksposisi bagian ini sendiri ada sesuatu yang penting, karena salah satu kunci utama adalah hanya murid yang bisa menghasilkan murid. Saudara bisa melayani, tetapi kalau jiwa kita itu bukan murid, saudara tidak mungkin akan membentuk jiwa seorang murid. Saudara tidak mungkin bisa memberikan sesuatu yang saudara dan saya tidak miliki. Seluruh ini adalah prinsip-prinsip rohani paling dasar, tetapi saya tidak tahu begitu banyak dari kita sudah melupakannya. Sekali lagi, di Perjanjian Baru ketika bicara mengenai ekspansi Kerajaan Allah ada kaitannya yang erat dengan memberitakan Injil. Tetapi di dalam perjanjian lama, maka ekspansi kerajaan Allah terlihat dengan apa yang terjadi di dalam diri dan kehidupan nabi-nabi Allah. Kalau saudara melihat Ayub dari kacamata KKR-KKR hari ini, Ayub tidak pernah ada satu KKR regional pun. Saya mesti kasih note di sini, nanti saudara-saudara mengingat kalimat saya ini kemudian tidak ikut KKR regional. Iya boleh saja kalau saudara-saudara dijadikan Ayub. Kita itu orang berdosa, pokoknya yang enak buat kita langsung cepat diingat, yang enggak enak dilupakan. Tapi sekali lagi, Ayub itu ekspansi Kerajaan Allahnya di mana? Adalah melalui bentukan Allah di dalam dirinya Ayub. Bentukan itu dilakukannya dengan setia, dijalaninya dengan setia dan ketaatan. Sekali lagi, dia menjadi murid dan seluruh kehendak Allah jadi dan Tuhan dipermuliakan dan kerajaan-Nya diekspansi melalui kehidupannya yang dibentuk. Prinsipnya sama di dalam Injil yaitu menjadi garam dan terang. Mat 5:16 mengatakan demikiaan, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu (bukan perkataan di sini), mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Saudara-saudara, satu sisi kita harus memberitakan Injil, itu berbicara mengenai word, bicara mengenai perkataan. Tetapi di tempat yang lain adalah melalui ketaatan kita mengeluarkan perbuatan-perbuatan baik. Maka dua hal ini dipakai oleh Allah untuk mengekspansi dari Kerajaan Allah. Sekali lagi, ketika bicara mengenai buah, buah yang pertama adalah pembentukan Roh Kudus di dalam hati kita, mengeluarkan 9 rasa buah Roh dan yang ke-2 adalah buah hasil pelayanan kita. Baik itu melalui mulut maupun melalui seluruh ketaatan kita. Dan untuk itu Kerajaan Allah diperluas.

Sebenarnya seluruh buah-buah apapun saja dalam Alkitab akan masuk di dalam 2 kategori yang tadi saya sebutkan. Tetapi sekarang saya akan membawa saudara-saudara kepada beberapa peristiwa untuk kita boleh melihat buah itu nampak pada diri seseorang dalam Alkitab. Yang pertama mari kita mengingat Musa. Di dalam Keluaran 3, ketika Musa sendirian berjalan di padang belantara dan melihat api di tengah-tengah semak duri. Kemudian dari situ, Tuhan mengatakan; jangan dekat-dekat, tanggalkan sandalmu, tempat ini adalah tempat yang kudus. Saya sudah pernah berkhotbah bahwa kata kudus pertama kali muncul dari seluruh Alkitab kita. Orang yang dealing dengan kekudusan Allah, begitu dia dekat dia pasti mati, maka kekudusan Allah adalah sesuatu yang sangat menakutkan bagi manusia bagi kita semua. Kekudusan Allah mengancam jiwa kita. Tetapi sekarang lihatlah pertumbuhan Musa. Dalam keluaran 33, ada sesuatu permintaan yang menakjubkan. Dia mengatakan; Show me Thy glory. Apakah saudara mengerti apa yang diminta oleh Musa? Kemuliaan Allah intinya adalah kekudusan. Musa tahu bahwa barangsiapa melihat Allah yang kudus itu, dia akan mati. Tetapi kekudusan itu bukan lagi sesuatu yang mengancam jiwanya, itu sesuatu menariknya dia lebih dekat. Kekudusan itu yang tadinya sesuatu yang pahit dan membahayakan, sekarang sesuatu yang indah mempersona dan membuat kesukaan, delight. Itu pertumbuhan. Siapa yang sampai saat ini, puluhan tahun menjadi orang Kristen, saudara melihat kekudusan adalah sesuatu seperti sayur pare, pahit. Sesuatu yang beban negatif. Dari dulu sampai sekarang, itu berarti kita tidak bertumbuh. Hati-hati. Apakah kita sejati atau tidak?

Hal yang lain, Zakheus, seorang pemungut cukai, yang kalau sudah bicara mengenai uang itu, dia itu pegang erat-erat. Tapi sekarang setelah bertemu dengan Yesus Kristus, bahkan dia dengan murah hatinya, orang yang aku ambil uang aku kembalikan empat kali. Perhatikan dia bisa mengatakan demikian, dia bisa berlaku demikian bukan untuk dia bisa diterima oleh Yesus Kristus, tapi dia sudah diterima terlebih oleh kemurahan hati Kristus Yesus. Berapa dari kita yang sudah puluhan tahun menjadi Kristen terhadap uang, saudara begini terus. Kalau setiap kali keluar, sakit. Itu hitungan terus sama Tuhan. Apakah itu bertumbuh?

Hal yang lain, Petrus. Petrus adalah murid Yesus. Pada suatu hari, waktu Yesus pertama kali menemukan Petrus, maka Petrus kemudian bicara dengan teman- temannya, “Aduh, kita lapar. Ayo kita pergi untuk menjala ikan.” Lalu dia pergi menjala ikan, dia seorang nelayan, dia pasti punya skill. Kalau saudara-saudara melihat di dalam Alkitab, saudara-saudara lihat peristiwa-peristiwa itu, seorang nelayan itu biasa di lautan lepas, sehingga ketika ada badai menakutkan itu benar-benar badai yang mematikan. Kalau kita naik kapal, terus kemudian sedikit dari kita langsung bilang, “Ini adalah neraka sudah.” Kalau nelayan professional sampai takut, itu berarti benar-benar menakutkan. Petrus sudah berjam-jam dengan murid-murid yang lain lalu tidak mendapatkan ikan. Kemudian sekarang Yesus tiba-tiba di pantai, Petrus tidak tahu itu siapa. “Tebarkan jalamu!”, dan mereka tanpa pikir panjang tebarkan jala. Semalaman mereka tidak dapat, satupun tidak dapat. Lalu ketika mereka tebarkan jala, kemudian mereka angkat. Mereka juga pasti pikir enggak dapat. Alkitab mengatakan bahwa murid-murid-Nya pun bicara sama Yesus, kami itu sudah semalaman di sini. Dan mereka tebarkan, sudah tebarkan saja tidak ada masalahnya, diangkat, ternyata penuh dengan ikan. Oh, diangkat penuh dengan ikan. Lalu kemudian Petrus lihat, ini penuh dengan ikan. Ini mujizat. Dia langsung tidak lihat ikan itu, dia lihat siapa Orang itu. Dia langsung turun ke laut sampai di pinggir pantai, dia jalan dengan seluruh basah. Yesus dengan kebesaran-Nya cuma menunggu seluruh murid-Nya. Dan Petrus mendekati Yesus dan kemudian tersungkur. Dia mengatakan, “Pergi dari aku Tuhan, pergi!” Setiap kali saya ingat peristiwa ini, hati saya pasti remuk. Orang yang mengerti mujizat itu sebenarnya apa, sesungguhnya dia baru anak Tuhan yang sejati. Petrus tidak bilang sama Tuhan Yesus, “Terima kasih Tuhan, terima kasih sudah dapat makan.” Tidak! Dia tidak berterima kasih. Dia tidak bersyukur. Dia takut, hormat kepada Kristus karena dia tidak layak menerima semua ini. Apakah saudara pernah mendengar khotbah mujizat bisa menyatakan kemuliaan dan kekudusan Kristus sehingga membuat seseorang itu yang merasa dirinya berdosa? Seluruh khotbah mujizat akan bicara mengenai kebaikan Allah, kebaikan Allah tapi bukan kekudusan Allah. Anak Tuhan yang sejati akan menyadari dan makin takut akan Tuhan akan Dia begitu baik kepada kita. Saudara bisa melihat tanda kesejatian ada di sana. Di antara seluruh manusia hidup diberikan mujizat pasti ujungnya adalah terima kasih. Cuma satu, Petrus yang mengatakan, “Aku orang berdosa.” Itu tanda kesejatian. Itu tidak bisa dipalsu oleh setan. Itu tidak bisa di-create oleh diri, saudara dan saya. Roh Kuduslah yang membuat seluruhnya itu melampaui terima kasih, melihat kemuliaan.

Dan setelah beberapa lama, suatu hari Yesus memberikan mujizat kepada 5000 orang. Orang-orang diberi makan dan Dia berkhotbah dan makin berkhotbah makin keras. Satu persatu orang meninggalkan dia. Satu persatu, dari belasan ribu, 5000 laki-laki menjadi belasan ribu orang-orang perempuan, laki dan anak-anak, sekarang tidak ada, tinggal 12 murid-Nya. Lalu Petrus datang kepada Yesus Kristus, belum sempat Petrus ngomong. Yesus mengatakan, “Tidakkah kamu mau pergi juga? Tidakkah kamu mau pergi juga?” Petrus menjawab, “Tuhan, ke mana aku mesti pergi? Perkataanmu itu hidup yang kekal.” Saudara lihat, orang yang bertumbuh, Tuhan bicara keras pun, balik! Orang yang tidak bertumbuh, pendetanya tidak senyum pun, dia keluar. Saudara tahu sekarang, orang kalau bertumbuh, dia kuat terhadap penganiayaan. Dia rasa dia dianiaya, bertumbuh, dia akan berakar. Orang yang tidak punya akar, tersinggung sedikit keluar. Tersinggung sedikit, tidak mau doa. Tersinggung sedikit, tidak mau pelayanan. Segala sesuatu adalah about me. Itu adalah orang yang tidak bertumbuh. Apakah kita seperti itu? Kalau seperti itu biarlah pada pagi hari ini kita bukan cuma menyadari atau tertuduh, itu tidak ada gunanya. Tapi datang kepada Kristus Yesus. Katakan kepada Tuhan, “Tuhan jadikan aku sejati dan jadikan aku bertumbuh.” Saudara sudah minta apapun saja sudah pernah minta uang, minta pekerjaan, minta kesehatan, minta anak, minta anak-anak dapat sekolah yang baik, tapi mungkin belum pernah berdoa; Tuhan berikan aku pertumbuhan rohani. Hidup itu cuma satu kali ya, Tuhan. Dan Engkau mengatakan, kalau tidak ada buah, itu tidak ada guna hidup. Tuhan pakailah hidupku yang satu kali dan munculkan buah dimana Engkau bisa menikmati-Nya. Ayo jemaat, berdoalah tentang hal ini. Masalah berbuah atau tidak, bukan masalah kecil di hadapan Allah. Mari kita berdoa.

Alamat

556 - 558 Botany Road, Alexandria, NSW, 2015
sekretariat@griisydney.org
0422690913
0430930175

Social Media

Facebook GRII Sydney Instagram GRII Sydney Twitter GRII Sydney


Google Play Store
App Store

^