[simple_crumbs root="Home" /]
kembali

21 August 2022

Pdt. Agus Marjanto, M.Th

Hal Pengabulan Doa (5)

Mat 7:7-11

Di dalam satu minggu khusus ini setiap hari ada satu perasaan yang muncul di dalam pikiran saya. Ketika saya mau memeditasikan Firman ini, saya selalu bertanya apa sesungguhnya yang Engkau mau katakan. Apa sesungguhnya yang Engkau mau buka, ya Kristus. Suatu hari Filipus bertanya, “Tuhan tunjukkanlah Bapa kepada kami.” Yesus berkata, “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Bapa; Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku.” Yesus Kristus adalah mediator satu-satunya antara Allah yang sejati dan manusia yang hidup. Di dalam Dia, kita dapat melihat Bapa. Di dalam Dia, kita bisa mengerti sifat Bapa. Di dalam Dia, kita mengerti isi hati Bapa. Itu seluruhnya tersembunyi bagi kita. Bapa tidak kita kenal. Dia adalah Allah yang kekal, di dalam realm-nya sendiri. Kita hidup di dalam realm manusia ciptaan yang berdosa sampai kapanpun saja, manusia tidak mungkin mengenal Allah. Kecuali Allah mengirimkan Anak-Nya yang tunggal menjadi satu-satunya mediator. Melihat Anak-Nya, kita melihat Allah. Mendengar Anak-Nya, kita mendengar isi hati-Nya. Mari kita melihat perikop ini. Apakah kita menyadari bahwa Yesus sedang membukakan mengenai isi hati Allah yang tadinya tersembunyi bagi kita. Yesus bukan saja mengajarkan gereja-Nya untuk berdoa. Dia mengajarkan hal yang jauh lebih dalam daripada doa dan jawaban doa. Sekali lagi, tanpa Yesus berbicara seperti ini di dunia, kita tidak mungkin dapat menyangkal Allah menghendaki kita mendekat kepada-Nya. Allah menghendaki kita mengejar Dia. Sekali lagi, pikirkan. Kalau Tuhan Yesus tidak berbicara tentang ajaran ini, maka kita tidak tahu apa yang menjadi isi hati Allah. Ketika Yesus menyatakan ini, baru kita mengerti isi hati Allah. “Pak, ini pengajaran tentang doa dan pengabulannya.” Nanti dulu Saudara. Iya, itu ada. Tetapi apakah kita menyadari, itu adalah batu loncatan untuk masuk kepada sesuatu yang lebih dalam. Pengajaran Yesus ini unik. Kalau itu adalah urusan doa dan pengabulannya. Bukankah Allah sudah tahu sebelum kita minta kepada Dia? Bukankah Allah Mahakuasa untuk mengabulkan permintaan kita? Ngapain kita mesti ngotot, minta, cari, ketuk? Bukankah Dia yang menentukan mana yang dikabulkan, mana yang tidak? Kenapa saya harus minta, cari, ketuk? Kalau begitu, kenapa Yesus mengajarkan kita harus memiliki intensitas di dalam doa minta, cari, ketuk? Kenapa kita harus tekun? Kenapa kita harus sungguh-sungguh bekerja keras untuk berdoa baru dikabulkan? Perhatikan satu kalimat di bawah ini, karena Allah di Surga menghendaki keseriusan kita berelasi dengan Dia.

Kekristenan bukan saja bicara mengenai terima Yesus, aku pergi ke Surga. Iya, itu ada, tetapi kekristenan jauh lebih daripada itu. Kekristenan adalah bicara mengenai Kristus membawa kita memiliki communion with God. Dan di dalam communion with God, Allah menginginkan kita serius berelasi dengan Dia. Karena Allah serius mengasihi kita. Allah mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Dia mengasihi kita dan tidak main-main. Dia serius mencintai kita dan segala tindakan-Nya kepada kita, kepada gereja yang sejati, umat pilihan-Nya membuktikan bahwa Dia serius mengasihi kita dan puncak tertinggi dari semua keseriusan-Nya adalah Kristus Yesus, Anak-Nya yang tunggal itu dimatikan di atas salib menggantikan Saudara dan saya. Yohanes 3:16 mengatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, untuk kita.” Dia serius mengasihi kita dan kasih Allah bukan sekedar perasaan tetapi suatu kasih yang merelakan diri-Nya menderita, kasih dengan tindakan membayar harga. Allah serius mengasihi kita dan Allah yang mengasihi kita adalah Allah yang secara serius mengadopsi kita menjadi anak-Nya dengan mengirimkan Roh Kudus sehingga bersama-sama dengan roh kita. Roh Kudus dan roh kita menyerukan, “Ya Abba Ya Bapa.” Saudara perhatikan, Dia bukan saja mengirimkan Kristus tetapi Dia juga mengirimkan Roh-Nya di dalam hati kita. Itu adalah tindakan kasih. Kasih Allah itu serius, sehingga kita tidak saja menyebut Allah tetapi kita menyebut ‘Allah Bapa’. 

Kalau Saudara melihat teologia, maka ada definisi berkenaan dengan justification, ada definisi mengenai sanctification dan ada definisi mengenai adoption. Tadi yang barusan saya bicara berkenaan dengan adopsi, kalau bicara mengenai justification atau pembenaran maka Alkitab menyatakan aspek law, aspek legal, aspek hukum dan di situ Allah sebagai hakim. Justification adalah Allah yang mengampuni kita, tetapi ketika bicara mengenai adopsi maka Alkitab memberikan aspek yang lain, bukan aspek hukum tetapi adalah aspek family dan Allah adalah Bapa. Allah yang dealing dengan kita adalah Allah yang mencintai kita. Ketika bicara mengenai justification, bicara mengenai Allah yang benar, Allah yang adil. Tetapi ketika bicara mengenai adoption, maka bicara mengenai Allah sebagai Bapa yang mencintai kita, love. Perhatikan baik-baik, meskipun aspek-aspek ini ada, di dalam Alkitab kita menyebut Allah bukan Allah hakimku tetapi adalah Allah Bapa-ku. Ini sesuatu yang amazing. Tidak salah ketika bicara mengenai Allah adalah hakimku. Tetapi Alkitab mengatakan, ‘Bapa.’ Aspek apa yang dimunculkan? Adoption. Ketika bicara mengenai adoption itu adalah bicara mengenai love. Mari kita melihat 1 Yohanes 3:1. Saudara akan menemukan kalimat yang penting ini. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah.” Ketika bicara mengenai anak-anak Allah, bukan bicara mengenai hakim tapi bicara berkenaan dengan Bapa yang mengasihi. Matius pasal 7 tentang doa, maka Yesus mengatakan, orang dunia yang jahat saja bisa mengasihi, memberi yang baik kepada anaknya apalagi Bapamu di Surga. Apakah Saudara menyadari Matius 7 itu dasar teologianya adalah adoption? Itu adalah bicara mengenai Bapa yang mengasihi. Kalau kita tidak diadopsi, tidak mungkin Allah di Surga mau dengar kita. Dia tidak peduli. Kalau kita tidak diadopsi sebagai anak, Saudara dan saya mau doanya seperti apa, Allah itu, Alkitab mengatakan, melihat orang adalah musuhnya. Orang adalah anak-anak murka tetapi sekarang menjadi anak Allah, bicara mengenai anak yang kekasih. Apa yang Yesus nyatakan di sini? Apa yang Yesus sebenarnya wahyukan di dalam Matius 7 tentang doa? Apakah hanya untuk mengajar kita berdoa dan bagaimana pengabulan doa? Tidak. Apa yang Yesus nyatakan? Apa yang Dia wahyukan? Wahyukan itu artinya adalah tadinya tertutup sekarang dibuka. Kalau Yesus tidak mengatakannya, sampai mati kita tidak mungkin tahu. Apa yang dia buka? Yang merupakan rahasia Surga, itu sekarang dia buka di dalam Matius 7. Yaitu bahwa Allah sungguh mengasihi kita dengan kasih yang serius sehingga kita dijadikan sebagai anak-anak-Nya. Dia mau kita menerima kasihnya dan serius mengasihi Dia. Bentuk serius kita mengasihi Dia adalah kita mengejar Dia. Kalau seorang laki-laki datang kepada seorang perempuan, mengatakan, “Aku sayang sama engkau.” Betapa buruknya, laki-laki itu kalau perempuan itu menolak dia. Demikian juga hal yang sama, kita menolak kasih Bapa. Kita menolak gairah-Nya untuk mendekat kita karena kita tidak memiliki gairah yang sama untuk mendekat kepada Dia. Untuk mendekat kepada kita, Dia membayar seluruh harga tetapi kita tidak mau membayar apapun saja. Kita tidak serius. Kita menjadi orang Kristen, Allah bertepuk sebelah tangan di dalam mencintai kita. Kita tidak mengasihi Dia. Dia mengasihi kita. Mari jemaat, kita serius menanggapi Bapa yang mengasihi kita. Dia adalah Allah yang mengejar kita. Kita harus memiliki gairah yang sama kepada Dia. Tentu ini memerlukan pertolongan Roh Kudus, tetapi apakah kita rela untuk taat? “Hai umat-Ku,” demikian kata Kristus. “Minta, cari, ketuk.” Menyatakan keseriusan mendekat. Umat-Ku, minta, cari, ketuk. Dan umat-Nya kemudian mengatakan, “Kan jawaban doa ada pada-Mu, saya tak perlu ngomong, Kamu sudah tahu.” Sekarang, apakah Saudara mengerti? Matius 7 tidak bicara mengenai doa dengan jawaban doa saja. Ini berbicara mengenai tarikan untuk mendekat kepada Dia. Lihat, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita sehingga kita disebut anak-anak Allah. Saya akan lanjutkan khotbah tapi saya teringat akan satu lagu persekutuan yang Saudara pasti tahu. Saudara nyanyi ini sehingga bisa memasukkan Firman itu ke dalam hati Saudara. 

Behold What Manner of Love

Behold what manner of love The Father has given unto us, (2x)

That we should be called the sons of God. (2x)

Ini namanya adopsi. Dari anak-anak yang dimurkai, sekarang menjadi anak-anak yang dikasihi, tapi ini bukan membalik tangan caranya. Allah untuk melakukan ini harus melakukan 2 hal, mengirim Anak-Nya di atas kayu salib dan mengirim Roh Kudus-Nya di dalam kita sehingga bersama dengan roh kita, kita menyebut Allah “Ya Abba, ya Bapa.” Apakah kita menyadari Matius 7 jauh melebihi dari hanya urusan doa dan jawabannya. Dia minta keseriusan kita karena Dia sungguh-sungguh serius mencintai engkau dan saya. Jikalau seseorang mengabaikan cinta Allah kepada Dia maka ini adalah satu kondisi yang luar biasa buruk. Jangan tolak. Kalau Saudara-saudara diminta, mari kita berdoa mencari wajah Allah, itu bukan urusan program gereja. Itu isi hati Allah yang memanggil engkau mendekat kepada Dia. Ini adalah kebenarannya. Allah menghendaki engkau dan saya, menerima kasih-Nya dan serius mengasihi Dia. Saya akan lanjutkan khotbah ini.

Minggu yang lalu kita sudah bicara mengenai 3 hal. Pertama, perikop ini bicara mengenai Yesus memberi jaminan doa. Hal yang ke-2 adalah perikop ini bicara mengenai bahwa Bapa yang mengasihi, yang mengabulkan doa kita. Dan yang ke-3 adalah bicara mengenai Kristus mengajarkan sifat Bapa. Sekarang kita akan bicara mengenai hal yang ke-4.

Hal yang ke-4 dalam perikop ini, Bapa mengabulkan doa kita dan memberikan yang terbaik bagi kita hanya di dalam konteks perluasan Kerajaan-Nya. Saudara jangan cepat-cepat membaca Alkitab dan Saudara mengaplikasikan tetapi tidak mengerti sesungguhnya konteksnya apa. Saudara-saudara harus ingat bahwa perikop ini ada di dalam Matius 5-7. Ini bicara mengenai etika Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu artinya pemerintahan Allah yang datang. Tidak pernah di manapun di dalam Alkitab atau ajaran Yesus memberikan ruang kepada permohonan yang egois, yang memberikan makan kedagingan kita, dan membuat kita makin terikat dengan dosa dan dunia ini. Setiap doa yang dikabulkan selalu seturut kehendak-Nya dan bukan kehendak kita. Allah adalah Bapa di sorga yang memiliki kerajaan. Dia berkehendak memberikan segala hal yang kita perlukan agar kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya jadi di dalam hidup kita. Saya jeda di sini, Dia berkehendak, Saudara selalu tanya, “Pak, kehendak Tuhan itu apa?” Dan kita masuk ke dalam hal itu. Calvin mengatakan tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Tuhan selain Tuhan sendiri.

Pagi ini saya sudah berbicara mengenai beberapa hal yang penting mengenai kehendak Tuhan. Tadi saya sudah katakan Tuhan berkehendak untuk kita mengasihi Dia karena Dia sangat mengasihi kita. Kehendak Allah adalah memberikan segala hal yang kita perlukan agar kerajaan-Nya datang dan kehendak-Nya jadi di dalam hidup kita. Jadi kalau permintaan kita tidak sesuai dengan pemerintahan-Nya atau kerajaan-Nya yang datang, maka doa kita tidak akan dikabulkan. Pengajaran Yesus tentang doa bukan saja terletak di tempat ini, perikop ini hanya salah satu dari pengajaran tentang doa. Di tempat lain Yesus mengajarkan kalau berdoa maka permintaannya adalah “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Bisa dikatakan bahwa konten doa kita adalah doa Bapa kami. Tetapi spirit, gairah doa kita adalah Matius 7. Kitab Yakobus sendiri menyatakan bahwa kalau kita berdoa untuk sesuatu yang egois maka Tuhan tidak akan mengabulkan. Bukan wrongly saja, itu adalah memuaskan ego kita. Yakobus menyatakan kalau kita berdoa tidak sesuai dengan kehendak-Nya tetapi adalah untuk kemauan atau ego kita, Bapa di sorga tidak akan mengabulkannya. Misalnya Matius 6, kita sudah pernah mengeksposisikannya, dikatakan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Segala sesuatu yang diberikan, ditambahkan itu adalah di dalam rangka cari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya. Jadi jelas, permintaan ini bukanlah permintaan untuk kita kaya, kita makmur, kita sukses, kita mendapatkan kemuliaan dunia, dan segala sesuatu yang ego kuinginkan, tidak pernah seperti itu. 

Kenapa saya marah? Kenapa ada api? Karena satu hal, teologia sukses sudah meracuni gereja. Menghina Allah. Teologia sukses, hamba-hamba Tuhan yang terus berbicara ikut Yesus sukses, binasalah mereka! Sungguh-sungguh binasa. Tidak ada hal itu. Itu adalah memutarbalikkan Firman. Menipu jemaat untuk dirinya bisa kaya. Kita tidak pernah akan katakan karena itu tidak ada di dalam Alkitab. You kasih 100, Tuhan akan kasih 1000. Tidak pernah. Kalau kamu kasih 1000, nanti Tuhan kasih 10.000. Tidak pernah seperti itu. Ini bukan joke, ini sesuatu yang kelihatan lucu tetapi tidak disadari. Ada satu pengkhotbah karismatik di Semarang, bicara berkenaan dengan teologia sukses, “Setelah itu saya mau panggil seseorang.” Lalu satu anak kecil di bawa kepada dia, anaknya jemaat, “Sekarang you kasih ke saya uang, kasih sama Tuhan uang.” Maksudnya Tuhan, tetapi menunjuk ke dirinya sendiri, kemudian dia keluarkan uang, Rp 10.000, karena dia pas bawa Rp10.000 kemudian dikasih ke pendetanya di mimbar karena sedang menunjukkan sesuatu, di mimbar, Rp 10.000 yang ada di kantong anak itu dikasih lalu pendetanya keluarkan Rp 100.000. “Saudara lihat bagaimana Tuhan memberkati anak ini,” Oh tepuk tangan, semua tepuk tangan, demikian Tuhan akan memberkati engkau. Terus anak itu turun, sayangnya bukan anak saya. Kalau anak saya, tak suruh lagi pergi ke mimbar, Rp100.000 itu kasih lagi ke pendetanya, maka dia akan balikkan kepada anak saya satu juta. Kasih lagi satu juta, dan dia akan balikkan lagi 10 juta. Pendeta itu melarat di atas mimbar. Tipuan semua. Satu teman saya mengatakan pendetanya penipu, yang jemaatnya juga pengen kaya, jadi klop. Ini orang-orang penipu semua. Saudara pakai ini untuk kaya, itu adalah omong kosong, itu tidak seperti yang Yesus katakan. Saudara harus meninggalkan pengajaran itu. Pengajaran itu benih setannya besar sekali. Yang bicara begitu bukan cuma saya, yang bicara bukan cuma orang Reformed, Saudara mau bicara mengenai Tim Keller, John Piper, mereka semua melawan teologia sukses. Kita tidak sedang bicara mengenai mau menghancurkan atau menjelekkan gereja karismatik. Banyak orang karismatik tulus sekali. Tetapi pemimpin-pemimpinnya banyak sekali yang serigala berbulu domba. Ini adalah suatu kebiasaan orang karismatik. Perhatikan ya, ini cara orang karismatik. Ini adalah filosofi paling dasarnya. Kalau engkau mau menjadi yang pertama, maksudnya besar, maka lihat kuda paling depan itu apa dan tunggangi itu. Jadi kalau kuda paling depan itu adalah trend yang terbaru, kalau itu adalah musik rock, ambil musik rock. Kalau sekarang berganti genre-nya maka engkau harus ganti. Engkau harus ikuti kuda terdepan. Kalau sekarang trend-nya adalah bicara mengenai rapture, you ambil rapture. Rapture itu pengangkatan orang-orang kudus pada akhir zaman. Itu sebenarnya, awalnya bukan karismatik sama sekali, tetapi awalnya adalah orang Dallas Theological Seminary. Mereka bukan orang karismatik, mereka orang dispensasional, tetapi ketika dilihat ternyata ini adalah suatu trend, maka diambil sama orang karismatik. Itu akan menjadikan gereja mereka besar. Juga demikian dengan teologia sukses. Beberapa dari gereja karismatik pecah. Dan kemudian datang ke tempat GRII, dan mengatakan, Pendeta Stephen Tong saya mau serahkan semua hamba Tuhan dengan seluruh cabangnya ini menjadi cabangmu. Pak Tong tidak mau. Karena tahu satu hal, mereka tidak mencari kebenaran Firman, tidak mencari Reformed Theology itu apa sesungguhnya. Mereka mau menunggangi untuk menjadi besar. Karena sekarang Reformed sedang membesar. Ini adalah suatu jiwa yang seperti itu terus, itu adalah sesuatu yang sifatnya kedagingan. Tapi yang paling membuat menangis adalah terlalu banyak orang yang tulus ada di sana. Tetapi mereka tidak bisa mengerti tangan kanan dan tangan kiri. Kalau saya berbicara seperti ini, orang di sana yang jadi jemaat mungkin juga akan marah. Saya tidak sedang against mereka. Saya sedang melawan semua pemimpinnya yang memutarbalikkan Firman.

Saya kembali lagi kesini, sekali lagi bahwa bicara mengenai minta, cari, ketuk, adalah di dalam konteks pelebaran Kerajaan Allah. Dan pelebaran Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah di dalam hidupku. Sehingga ketaatan muncul daripadaku. Saya memikirkan mungkin ada 2 keberatan yang muncul dari poin yang ke-4 ini dan saya membahasnya.

Keberatan pertama, kenapa saya tidak boleh ngotot minta untuk hal-hal yang di dunia ini? Kenapa teologia sukses yang minta ngotot untuk sukses dan kaya itu salah? “Eh, Pak Agus bukankah ada janji Tuhan di sini?” Saya akan jawab. Perhatikan seluruh Alkitab kita itu berisi janji-janji Allah, sehingga dikatakan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tetapi J.I. Packer mengatakan Alkitab diumpamakan sebagai apotik. Kalau lihat apotik, banyak obat yang dipajang untuk menyembuhkan, untuk remedy. Tetapi tiap obat itu spesifik diaplikasikan pada kasus tertentu. Misalnya, kalau Saudara-saudara tahu obat maag di Indonesia itu Mylanta. Kalau Betadine biasanya antiseptik untuk obat luar. Jika anak Saudara jatuh, maka Saudara lihat ada satu obat diaplikasikan dalam satu kasus tertentu. Tidak bisa obat itu Saudara tidak tahu, pokoknya ambil, ini remedy, ini pembebas, ini adalah yang menyembuhkan. Lalu tidak membaca labelnya dan meminumnya saja. Oh, anakmu sakit maag, pake Betadine. Apa yang terjadi? Maagnya lebih kambuh lagi. Bahkan bisa fatal. Ini lecet, lalu Saudara pakai Mylanta, obat maag, bisa sembuh? Salah mengaplikasikan akan membuat kefatalan yang lebih besar. Sama dengan Alkitab, tidak bisa mencomot janji Yesus di sini, di sana, lalu diaplikasikan pada tempat yang salah. Itu bisa mematikan. Mematikan rohani kita. Bukan janji ini mematikan, tetapi dosa memperkosa teks Alkitab yang mematikan. Saya menggunakan kalimat Calvin. Memperkosa Alkitab. Mengaplikasikan secara semena-mena. Membuat kita membinasakan diri kita sendiri.

Keberatan ke-2 di dalam poin ini saya mengatakan bahwa minta, cari, ketuk dan ujungnya adalah kehendak Allah yang jadi. Mungkin ada yang mengatakan, “Pak, dari seri pertama saya berkobar-kobar loh. Karena Bapak mengatakan minta, cari, ketuk itu pasti dijawab, pasti dibuka. Eh, tidak tahu poin yang terakhir itu adalah sesuai dengan kehendak Allah. Saya sudah semangat Pak, sekarang tidak semangat lagi. Ngapain pak? Saya sudah tahu kalau ujungnya kehendak Tuhan. Ya sudah, saya juga tidak mau terlalu ngotot. Tadinya saya naksir sama cewe itu, saya ditolak loh, setelah dengar Bapak, saya pikir saya mau cari, minta, dan ketuk lebih kuat. Saya di-encourage sama Bapak, tetapi tidak tahunya mesti sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi tidak semangat lagi. Kalau begini juga, saya sudah tahu, doa ya seturut dengan kehendak Tuhan. Wah kalau seperti ini poin ke-4 ini, ini poinnya apa dalam hidup saya. Karena saya juga sudah mengerti, jawaban itu sesuai kehendak-Nya.” Perhatikan baik-baik, terhadap orang seperti ini saya akan menjawab, kita tidak mengenal Allah dan kita tidak mengenal pekerjaan-Nya. Perhatikan kalimat di bawah ini, hidup terindah yang bisa di dapatkan di dunia ini adalah hidup di mana Kerajaan-Nya dan kehendak-Nya jadi atas hidup kita. Lihatlah semua orang yang mentaati Allah, Allah tidak pernah merugikan mereka dan hidup mereka adalah hidup yang terbaik dari segala hal pilihan yang lain. Kalau kita bertumbuh semakin mengenal Dia, dan masuk di dalam pekerjaan-Nya, maka kobaran api yang ada pada hatimu dan semangat itu ada dalam hidupmu lahir dari sana.  Tetapi sebaliknya, kita seringkali minta batu daripada roti. Kita minta ular daripada ikan. Kita berpikir tanpa pengertian. Kita berpikir aku memilih ini, aku minta ini, ini kehendakku adalah yang terbaik. Allah memilihkan kita yang paling baik. Kalau melihat orang-orang kudus Allah sepanjang sejarah, salah satu kesaksian mereka adalah mereka bersyukur karena Tuhan mengatakan tidak kepada permintaan mereka. Mereka tidak bisa melihat apa itu sesungguhnya, tetapi Tuhan melihat. Suatu hari Billy Graham pada waktu masih muda datang kepada Ruth Graham dan menyatakan bagimana dia mencintai Ruth. Ruth Graham berkali-kali berdoa kepada Tuhan demikian, “Tuhan, aku minta agar aku tidak menikah dengan orang ini.” Berkali-kali, tetapi setelah menikah bertahun-tahun dengan Billy, Ruth mengatakan, “Aku sangat bersyukur karena Tuhan tidak menjawab doaku.” Pengajaran ini mengajarkan Saudara dan saya akan mendapatkan yang the best dari Tuhan. Apakah kita mempercayai-Nya? The best bahkan pada waktu Dia menolakpun, Saudara dan saya akan mendapatkan yang terbaik. Dia bahkan menantang kita. Lihat orang dunia yang jahat itu bisa memberikan hal yang baik kepada anaknya. Apalagi Bapa di sorga. Dia akan memberikan yang baik kepada semua orang yang meminta kepada-Nya. Lihat betapa besar kasih Allah yang diberikan kepada kita. Sehingga kita disebut anak-anak Allah. Mari kita berdoa.

Alamat

556 - 558 Botany Road, Alexandria, NSW, 2015
sekretariat@griisydney.org
0422690913
0430930175

Social Media

Facebook GRII Sydney Instagram GRII Sydney Twitter GRII Sydney


Google Play Store
App Store

^