[simple_crumbs root="Home" /]
kembali

14 August 2022

Pdt. Agus Marjanto, M.Th

Hal Pengabulan Doa (4)

Mat 7:7-11

Kita sudah berbicara mengenai 2 sikap hati paling pokok untuk kita bisa berdoa dengan tekun. Kita juga sudah bicara berkenaan dengan 3 hal paling penting/mendasar untuk melatih kita berdoa dengan tekun. Sekarang mari kita melihat apa yang Yesus ajarkan untuk melihat ayat demi ayat. Perikop ini adalah kalimat Yesus untuk mendorong umat-Nya, murid-Nya, untuk berdoa. Kalimat-kalimat ini adalah undangan yang lembut Kristus kepada kita, untuk kita berani berdoa. Jikalau kehidupan kita ada masalah dan makin lama makin banyak pergumulan, maka kita baru merasa perlunya berdoa. Di saat itu kita meratap, kita meminta kepada Tuhan, kita berkeluh kesah kepada Dia, kita berpikir bahwa aku perlu sungguh-sungguh berdoa, ini urgent, ini mendesak. Tetapi Yesus di dalam perikop ini memperdengarkan suara-Nya, memanggil kita berdoa jauh hari sebelum saudara dan saya merasa membutuhkan doa. Biarlah kita boleh menyadari setiap kali kita rindu berdoa, Allah sudah terlebih dahulu merindukan kita datang kepada Dia. Yesus mengatakan, “Minta, cari, ketuk, umat-Ku. Minta, cari, ketuk.” Berkali-kali Firman Tuhan mengatakan, “Berdoalah, berdoalah. Carilah wajah Allah selalu, jauh hari sebelum kita memiliki masalah apapun.” Sekarang mari kita perhatikan beberapa hal ini, beberapa poin ini dan kita akan menggali, mengeksposisi ayat-ayat ini.

Hal yang pertama, dari ayat-ayat ini jelas sekali bahwa Yesus memberikan jaminan, doa umat-Nya pasti dijawab. Bukan saja doa umat akan dijawab, Yesus menjamin, pasti dijawab. Kalau saudara-saudara membaca tulisan ini maka mata kita akan tertuju kepada perintah, bukan? Minta, cari, ketuk. Saudara-saudara, maka Yesus mengajarkan di sini, intensitas pada kita untuk berdoa, minta, cari, ketuk. Bukan saja minta, minta, cari, ketuk. Makin lama makin intens. Tetapi apakah kita menyadari pada saat yang sama Kristus memberikan intensitas double di dalam kepastian jawaban doa. Perhatikan ayat 7 dan 8, ada kepastian. Tetapi bukan itu saja, ayat 8 Dia ulangi kepastian ini. Perhatikan intensitasnya. Ketika kita mendekat kepada Allah, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Allah berlari kepada kita. Saudara masih ingat perumpamaan anak yang terhilang itu? Bagaimana anak yang terhilang itu jauh dari rumah dan suatu hari dia menyadari dirinya dan dia pulang ke rumah dengan seluruh kelelahannya, kemiskinannya, keberdosaannya. Dia perlahan-lahan dan bahkan menyadari bahwa pasti bapaknya akan marah kepada dia, sehingga dia sudah mengarang pikiran bahwa kalau nanti ketemu bapaknya, dia mengatakan, “Jadikan aku budakmu, bukan anakmu.” Dan ketika anak ini sudah sampai ke pekarangan paling depan papanya. Kemudian papanya begitu melihat dia, lihat apa yang dikerjakan oleh papanya. Apakah dia duduk di atas takhta? Tidak. Dia berlari menuju kepada anaknya. Minta, cari, ketuk. Satu kali, Aku pastikan engkau akan dapat. Aku pastikan engkau akan menemukan. Aku pastikan Aku akan membuka pintu. Dua kali, garansi lebih daripada seluruh usaha kita. Luar biasa. Bukankah ini suatu dorongan Kristus yang jelas. Bagi kita yang adalah orang-orang yang malas, yang lamban, yang tidak aktif dan tidak suka berdoa? Kepastian pengabulan doa kita datang dari ayat ini, datang dari janji Kristus. Pagi ini saya mau membuat kita menyadari Kristus mengutarakan kalimat atau janji dari mulut-Nya dan Dia tidak pernah berdusta. Apakah kita mempercayai perkataan-Nya? Apakah kita beriman kepada perkataan-Nya? Kita harus berdoa dengan iman. Iman artinya ada bagian Alkitab yang menjadi pegangan kita, jangkar kita. Kalau tidak ada bagian Alkitab dan kita mempercayai sesuatu yang tidak ada di dalam Alkitab, maka bukan iman namanya. Saya mau saudara memikirkan bagian ini sebentar untuk membuat kita memiliki fondasi ketika kita berdoa itu. Sekali lagi, doa tanpa iman itu tidak ada gunanya. Doa harus dengan iman, tetapi iman itu berdasar Firman. Kalau Firman tidak ada dan kita mempercayai, kita mempercayai di dalam kekosongan, dan itu tidak akan mendapatkan suatu jawaban doa.

Mari kita melihat Matius 14:22-33 untuk mengerti secara sederhana kaitan iman dan doa, tetapi kita hanya akan melihat ayat 28 dan 29. Mari kita sekarang merenungkan bagian itu, apa yang sebenarnya terjadi. Pada waktu itu Yesus meninggalkan murid-murid-Nya dan murid-murid-Nya ada di atas perahu dan berlayar sendiri. Kemudian angin sakal itu mengombang-ambingkan mereka. Ketika mereka kelelahan dan ketakutan, mereka melihat satu orang berjalan di atas air dan itu adalah Yesus. Pertama-tama, mereka berpikir bahwa itu hantu, tetapi Yesus mengatakan, “Tenanglah, Aku ini dan jangan takut.” Petrus kemudian berseru, “Tuhan, apabila itu Engkau, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Dan Yesus berkata kepada Petrus, “Datanglah.” Dan Petrus kemudian mau datang kepada Yesus. Saudara bisa bayangkan angin badai itu masih ada dan kapal itu bergoyang. Dengan ketakutan seluruh murid itu ada di dalam kapal kemudian Petrus dengan ragu-ragu mengangkat kakinya dan keluar dari kapal dan menginjak laut. Ketika dia mulai menginjak, menginjak lagi, beberapa langkah, dia sangat kagum karena dia bisa berjalan di atas air. Saudara perhatikan, itu namanya iman. Dia mentaati apa yang dikatakan oleh Kristus. Seberapapun mustahil kelihatannya bagi manusia, dia melangkahkan kakinya dan mengikuti, menggenapi apa yang dikatakan oleh Yesus, maka itu terjadi. Itu namanya iman. Kalau seandainya Yohanes kemudian lihat, “Wuih, Petrus bisa berjalan di atas air.” Maka Yohanes juga mau berjalan di atas air, apa yang terjadi? Dia akan tenggelam. Kenapa tenggelam? Padahal Yohanes mungkin punya iman, confident; kalau Petrus bisa, aku pasti bisa. Tidak, seberapa besarnya pun iman Yohanes, seberapapun dia percaya, seberapapun dia berani, tetapi kalau dia melangkah tanpa ada kalimat Yesus kepada Yohanes, dia pasti tenggelam. Kalimat itu, kalimat “datanglah” adalah dari Yesus kepada Petrus bukan dari Yesus kepada Yohanes. Maka saudara bisa mengerti sekarang apa itu iman. Iman itu bukan kekuatan karakter kita yang kita tunjukkan. Iman juga bukan karena kita percaya; aku percaya, percaya, percaya. Bukan. Iman itu adalah mempercayai, mentaati, memegang Firman yang sudah dikeluarkan oleh Tuhan. Kalau itu tidak ada, itu bukan iman. Dan ketika Petrus sudah mentaati Yesus, kemudian dia melihat angin ribut di mana-mana. Ini sama seperti kita, kita melupakan janji Allah, kita melupakan kalimat Allah. Kita lebih memperhatikan sekeliling kita yang lebih menakutkan, lebih menggelisahkan kita. Kita tidak lagi mempercayai kalimat Tuhan. Maka Petrus kemudian tenggelam. Itulah sebabnya Yesus mengatakan, “Hai, kamu orang yang kurang beriman” atau ‘kurang percaya.’

Sekarang mari kita pikirkan berkenaan dengan doa. Setiap kita, jikalau kita minta, cari dan ketuk maka pasti, pasti dikabulkan. Dari mana, Pak? Dari Firman. Dari mana? Dari perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya. Bahkan Dia mengatakan, “Karena setiap, setiap orang.” Di sini Yesus sudah memberikan kepastian bahwa Bapa di surga pasti menjawab, pasti memberikan yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Alkitab mengatakan, “Yesus adalah ya dan amin.” Itu adalah kepastian jawaban doa. Saya mau kepada satu bagian ayat Alkitab dari Efesus 3:12 dan saudara sekarang akan mengerti kalimat ini (apa artinya sesungguhnya). Saya harap dari seluruh penjelasan saya, saudara masuk ke dalam ayat ini. Sekarang saudara mengerti apa artinya ayat ini. Di dalam ayat 12, kita memperoleh confidence/keberanian datang dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada Dia. Hal yang pertama adalah Yesus memberikan jaminan bahwa doa umat-Nya pasti dijawab.

Hal yang ke-2, ayat-ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa pengabulan doa diberikan oleh Bapa yang mengasihi kita di dalam Kristus Yesus. Di sini dikatakan berkali-kali, “Kamu akan mendapat, kamu akan dijawab, kamu akan diberikan, pintu akan dibukakan bagimu.” Pada akhirnya, dalam ayat ke-11 dikatakan bahwa yang membuka itu siapa? Yang memberikan jawaban itu siapa? Yang memberikan seluruh hal yang kita perlukan itu siapa? Yaitu Bapa di surga. Bapamu akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Di sini kita mengerti bahwa bukan karena tekunnya kita berdoa, bukan karena ngototnya kita berdoa maka kita mendapat jawaban doa, bukan. Pada prinsipnya jawaban doa adalah karena Bapa yang mengasihi kita, yang memberikan anugerah-Nya di dalam Kristus kepada kita. 

Dalam poin yang kedua besar ini saya akan menjelaskan beberapa hal.

Perhatikan perikop ini, pertama, Yesus jelas mengajarkan doa dikabulkan kepada seseorang, jikalau seseorang memiliki relasi khusus dengan Allah. Yaitu orang tersebut bisa memanggil Allah adalah Bapa. Siapa dari manusia yang bisa memanggil Allah itu Bapa? Maka orang ini mengenal pribadi Allah Tritunggal. Karena Bapa adalah sebutan khusus yang hanya dimiliki sebelumnya oleh Anak. Maka orang yang berdoa, yang pasti dijawab oleh Bapa adalah orang yang memiliki penebusan di dalam Kristus, sehingga memiliki covenant dengan Allah di surga. Orang ini adalah orang yang memiliki Kristus sebagai perantaranya. Jikalau tidak, dia tidak mungkin bisa menyebut Allah dengan kata Bapa. Tentu, kita orang Kristen kita bisa mengatakan Allah Bapa karena kita diajarkan oleh pendeta-pendeta, orang tua kita. Tetapi itu semua adalah sesuatu yang sifatnya agama dan tidak menjamin sampai sungguh-sungguh kita mengenal Allah kita sebagai Bapa. Sampai dengan poin ini, maka saya mesti mengatakan hanya orang-orang di dalam Kristuslah yang memiliki janji ini. Kita bisa mendekat kepada Allah dan Allah berdamai dengan kita dan Allah yang berdamai dengan kita memberikan anugerah-Nya kepada kita, jawaban doa sebagai wujud cinta kasih-Nya hanya ada di dalam Kristus. 

Ketika saudara datang kepada Allah dan tidak di dalam Kristus, maka Allah akan mendatangi kita dengan murka. Kalaupun dia memberikan kita apa yang kita inginkan. Semakin kita diberikan, kita akan makin masuk dalam dosa karena Dia memberikan di dalam murka-Nya. Bila kita menyadari, tanpa Kristus kita tidak mungkin mendapatkan berkat-berkat dari Bapa kepada kita. Apakah setiap saudara, hati saudara sudah menerima Kristus sungguh-sungguh di dalam hatimu? Jelas ini diberikan kepada murid-murid Kristus bukan kepada yang lain. Jelas, ini diberikan kepada orang yang melihat, menganggap dan mempercayai Allah adalah Bapanya. Sekali lagi, pengabulan doa diberikan oleh Bapa yang mengasihi dalam Kristus, artinya harus di dalam Kristus. 

Hal yang ke-2 adalah pemberian jawaban doa kita sesungguhnya bukan common grace. Karena ini dilakukan di dalam Kristus dari tangan Bapa di sorga, ditujukan kepada kita secara pribadi. Saya mau meng-encourage saudara berani berdoa secara spesifik kepada Bapa di sorga. Mintalah hal-hal yang tidak bisa diberikan oleh manusia.  Dan engkau dan saya akan menyadari, akan mengalami bahwa Allah itu hidup. Ketika  kita menyadari Allah hidup, kita makin percaya kepada Dia dan kita akan terpesona karena Pencipta langit dan bumi yang tidak kelihatan dan maha kuasa, mata-Nya memperhatikan kita. Banyak orang Kristen takut untuk berdoa karena takut kecewa. Kita takut mengutarakan sesuatu yang bahkan merupakan sungguh-sungguh kebutuhan kita karena takut untuk ditolak. Kalau tidak ada dosa di dalam permohonan kita, biarlah kita berani menghadap Allah. Kita pertaruhkan perkara kita di hadapan Dia. Saudara akan menyadari bahwa Dia akan menjawab kita karena ini adalah janji-Nya. Seandainya pun Dia menolak apa yang kita doakan, saudara akan melihat Dia akan memberikan roti lebih daripada batu yang kita minta. Seluruh doa-doa di dalam Kristus dijawab oleh Allah Bapa di sorga bukan dengan common grace, tetapi dengan anugerah yang khusus diberikan kepada kita dari pribadi-Nya Dia. 

Hal yang lain, di dalam poin ke-2 yang besar ini, saya mengatakan bahwa pengabulan doa itu diberikan oleh Bapa yang mengasihi kita dalam Kristus. Pengabulan doa bukan karena ngototnya kita berdoa, bukan karena uletnya, tekunnya kita berdoa. Tetapi jikalau memang bukan karena tekunnya kita berdoa, kenapa Dia meminta untuk kita tekun? Kalau ini anugerah Allah, kenapa saya mesti usaha tekun? Perhatikan satu kalimat penting ini. Ini adalah prinsip doa dan prinsip kehidupan kita. Anugerah Allah bukannya meniadakan usaha kita, tetapi anugerah Allah meniadakan jasa dari usaha kita. Jadi kita tidak bisa mengatakan, “Saya sudah ulet Tuhan, maka engkau harus memberikan kepadaku apa yang aku minta!” Tidak, saudara-saudara. Jaminan yang diberikan adalah dari Bapa oleh karena anugerah dan rahmat-Nya yang besar bagi kita. Bukan karena usaha kita, ketekunan kita. Sekali lagi, anugerah itu tidak meniadakan usaha tetapi anugerah itu meniadakan jasa. Lalu kalau begitu, kenapa kita harus tekun? Karena Allah mau melatih kerohanian kita. Perhatikan titik beratnya ada di sini. Di dalam doa, yang paling penting adalah relasinya, communionnya. Communion bukan komunikasi. Komunikasi adalah sharing ide. Tetapi communion adalah sharing life. Di sini dikatakan bahwa: Apalagi Bapamu yang di sorga, Ia akan memberikan yang terbaik kepada yang meminta kepada-Nya. Perhatikan apa yang dituju oleh Yesus di dalam kalimat ini. Dari urusan kebutuhan kita, sekarang di ayat terakhir, Dia berbicara mengenai pribadi Bapa yang baik itu. Doa adalah sarana untuk mengenal pribadi Allah. Doa yang berhasil, doa yang sejati, doa yang efektif bukan adalah saya diberikan apa yang saya minta, dikabulkan - bukan itu, tetapi saya mengenal Allah yang memberikannya kepada saya. 

Poin yang ke-3, di dalam perikop doa ini, Kristus mengajar kepada kita sifat Bapa. Seberapa kita berdoa tergantung pada seberapa kita bertumbuh mengenal pribadi Allah. Kedalaman seseorang berdoa dengan genuine mengindikasikan seberapa dalam pertumbuhan pengenalannya akan Allah. Berdoa itu sulit bagi saya juga dan saya tahu juga bagi hampir semua orang. Kalau boleh dikatakan bagi semuanya. Mungkin banyak orang yang melihat seorang pendeta, “Oh orang ini hebat ya. Oh, kalau ngajar hebat ya. Kalau khotbah, hebat ya. Oh, sangat mempesona, sangat memikat hati.” Atau saudara melihat seseorang menulis buku teologi - oh, orang ini hebat yah. Sekali lagi saya mau meminta saudara-saudara untuk belajar melihat apa yang Alkitab katakan, sehingga tidak ditipu oleh keadaan dan bisa membedakan. Perhatikan apa yang John Owen katakan. John Owen menyatakan, dia lebih menilai kerohanian seseorang dari kehidupan doanya daripada buku yang ditulisnya. Biarlah kita tidak tertipu. Melihat apa yang John Owen ini katakan, saya menyadari banyak orang yang kelihatannya sederhana tetapi jauh lebih mengenal Allah daripada kami. Kita tidak mungkin lebih besar daripada sikap kita ketika kita berdoa. Orang yang sungguh-sungguh berdoa, mungkin dia tidak pernah membuat gereja, mungkin dia orang sederhana dan tidak punya banyak uang hanya perpuluhan saja yang diberikan. Mungkin dia tidak pandai berkhotbah, tidak bisa main piano, tidak bisa dan tidak pernah menulis buku tentang systematic theology, tetapi kalau dia adalah seorang pendoa dan orang yang sungguh-sungguh genuine di dalam ketekunan doanya, maka kerohaniannya adalah kerohanian yang dalam. Dia mengenal Allah, dia mengenal sifat Allah. Sekali lagi, seberapa kita kuat berdoa tergantung kita mengenal Allah seperti apa. Disini dikatakan, siapa dari padamu yang anak itu minta roti diberi batu atau minta ikan diberi ular?  Jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik apalagi Bapamu yang di sorga. Di dalam poin ini Yesus mau menyatakan manusia di bumi ini jahat dan itu benar. Dosa membuat hati manusia kecondongannya selalu self-centered, tidak memikirkan orang lain, tidak peduli kepada orang lain dan sering sekali menelantarkan orang lain. Tetapi ras manusia yang jahat seperti ini sering sekali kepada anaknya atau keluarganya masih bisa menunjukkan kebaikan dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh orang yang dikasihinya. Yesus lalu menegaskan; apalagi Bapamu yang di sorga. Bahkan Alkitab mengatakan sejahat-jahatnya manusia, bahkan seorang ibu yang melupakan anaknya, Allah di sorga menyatakan; Aku tidak akan melupakan engkau, umat-Ku. Kristus mau menegaskan bahwa Allah yang sejati adalah bukan Allah yang kikir, bukan Allah yang tidak peduli, bukan Allah yang tiran, bukan Allah yang jauh, yang asing. Tetapi Bapa di sorga, bukan juga Allah yang kasar dan menghina kita, bukan Allah yang bully. Saudara pernah minta sesuatu kepada orang, lalu dibuat mainan - bercandaan, saya rasa mungkin kita semua pernah mengalaminya. Atau kita minta sesuatu, minta tolong atau minta sesuatu, “oh, saya perlu itu”, kemudian dikasih barang yang lain? Lalu dia tertawa-tertawa, menjadi barang hinaan, candaan, membuat orang itu direndahkan, membuat orang yang minta kecewa. Kristus mengatakan Bapa di sorga tidak pernah seperti itu. Allah kita di sorga juga bukan seorang Bapa yang memanjakan anaknya. Maka Dia tidak akan segera memberikan kepada kita, Dia akan melatih kita untuk berjuang, tekun. Doa membawa kita, mengajar kita untuk makin mengenal sifat Bapa. Maka mari kita sekarang melihat lagi Matius 7 dan kita akan membaca dari ayat 7-11. Bersama-sama “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?  Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”

Alamat

556 - 558 Botany Road, Alexandria, NSW, 2015
sekretariat@griisydney.org
0422690913
0430930175

Social Media

Facebook GRII Sydney Instagram GRII Sydney Twitter GRII Sydney


Google Play Store
App Store

^