[simple_crumbs root="Home" /]
kembali

4 November 2018

Pdt. Agus Marjanto, M.Th

Doa Bapa Kami (8)

Matius 6:9; Keluaran 3:13-15

Suatu hari murid Yesus datang kepada Dia dan berkata: “Guru, ajar kami untuk berdoa.” Kemudian Yesus mengatakan “Jikalau berdoa, berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.” Ini adalah permintaan yang pertama dari enam permintaan yang ada di dalam Doa Bapa Kami. Saya sudah mengatakan kepada saudara-saudara apa yang dikatakan oleh J.I. Packer. Doa itu pasti dikabulkan jika dan hanya jika kita berdoa seturut dengan prinsip Doa Bapa Kami. Itu tidak berarti pengulangan Doa Bapa Kami seperti mantra, melainkan apa yang diinginkan oleh Yesus Kristus dalam Doa Bapa Kami menjadi keinginan kita. Seluruh kehidupan Yesus Kristus adalah kehidupan Doa Bapa Kami di dalam kehidupan yang nyata.

Hari ini saya akan berbicara berkenaan dengan dua hal ini yang penting. Yang pertama adalah dikuduskan dan yang kedua adalah nama. Ketika Yesus berkata dikuduskanlah nama-Mu, di dalam bahasa aslinya adalah hagiastheto. Hagiastheto itu akar katanya hagios yang artinya suci. Suci itu artinya dipisahkan, berbeda dari yang lain. Hagiastheto itu artinya memperlakukan pribadi secara berbeda atau terpisah atau tersendiri, karena memiliki suatu kualitas yang lain dibandingkan dengan yang lain. Yesus mau mengatakan kepada para murid-Nya dan kita semua, Bapa di sorga itu memiliki kelas-Nya tersendiri, Dia adalah stand alone, berbeda, khusus, seluruh kepemilikan-Nya adalah milik Dia sendiri yang tidak pernah bagikan kepada siapapun saja di dunia ini. Dia adalah satu-satunya pencipta dan tidak ada yang lain, bahkan tidak ada yang bisa menyamai degree dengan Bapa di sorga. Seluruh ilah Yunani, seluruh ilah Mesir, seluruh ilah Asyur, bahkan seluruh ilah yang ada dari jaman ke jaman, raja-raja, panglima-panglima, pembesar-pembesar dan orang-orang pendiri agama. Tidak ada satupun yang bisa menyamai Allah Bapa di sorga. Dia memiliki kualitas-Nya tersendiri. Maka hagiastheto artinya sekali lagi, panggilan memperlakukan Bapa secara terpisah, secara berbeda, memiliki kualitas yang lain daripada kita. Perhatikan baik-baik, Yesus Kristus tidak mengajarkan dengan menggunakan kata dimuliakanlah nama-Mu. Sebenarnya ini tidak salah karena Allah itu mulia, tetapi ketika bicara dimuliakan nama-Mu, mulialah Engkau, maka saudara bisa berkata kepada orang lain, Raja engkau sungguh mulia, Panglima engkau sungguh mulia. Mulia adalah berbicara mengenai kebesaran, tetapi mulia tidak menunjukkan adanya perbedaan kualitatif. Ada satu kata yang menyatakan adanya perbedaan kualitatif, yaitu ‘kudus’! Sehingga di dalam kitab Keluaran, minggu yang lalu kita sudah berbicara, Allah itu mulia di dalam kekudusan-Nya. Apa yang membuat Allah itu mulia? Karena Dia sungguh-sungguh terpisah, Dia sungguh-sungguh berbeda, pada kelas-Nya tersendiri. Maka ketika kata “dikuduskanlah nama-Mu” maka itu artinya adalah Bapa di sorga harus dihormati, berbeda dari jenis penghormatan yang pernah diterima siapapun saja yang pernah ada di dunia ini, sepanjang jaman. Dia harus mendapatkan penghormatan yang berbeda, yang pernah dilakukan oleh siapapun saja di dunia ini dalam menyembah apapun saja. Manusia adalah makhluk yang menyembah. Di dalam hal ini Yesus bukan saja mengundang kita menyembah Bapa, tetapi mengundang kita mengenal keunikan Bapa di sorga yaitu kekudusan-Nya, perbedaan kualitas-Nya, sehingga kita sungguh-sungguh dapat mempermuliakan Dia.

Yesus Kristus mengatakan, “Dikuduskanlah nama-Mu.” Sekarang saya akan masuk ke dalam nama. Ketika berbicara mengenai nama di dalam Alkitab itu identik dengan keseluruhan pribadi. Keseluruhannya. Naturnya, sifatnya, sejarahnya. Misalnya saja ketika saudara melihat Musa. Musa itu artinya diangkat dari air. Misalnya kita bertemu dengan Musa dan bertanya, “Mengapa namamu diangkat dari air?” Lalu Musa menceritakan segalanya. Pada waktu itu Mesir sudah menjajah 400 tahun lebih dan semua anak laki-laki Israel dibuang di sungai Nil dan dibunuh, sebagian besar lagi dibunuh. Tetapi orangtuaku tidak rela, kemudian membuat satu basket yang dioleskan ter dan gala-gala. Kemudian saya dimasukkan ke dalamnya. Basket tersebut dialirkan di sungai Nil. Kakak saya mengikuti basket tersebut. Putri Firaun sedang mandi pada hari itu, dia melihat dan mengambil basket itu. Aku ada di dalamnya. Kemudian kakakku maju dan bertanya kepada putri Firaun, “Apakah engkau mau mencari seorang ibu yang bisa menyusui bayi ini?” Putri Firaun itu kemudian mengatakan, “Ya, aku mau.” Maka dengan cerdiknya kakakku memanggil mama. Demikianlah aku diambil dari air, diselamatkan dan aku menjadi anak putri Firaun. Itulah sebabnya aku bisa memerintah di Mesir. Musa artinya diambil dari air. Ketika nama itu disebutkan, itu berarti seluruhnya.

Berbeda dengan sekarang, orang mengatakan apa arti sebuah nama. Mungkin saudara-saudara juga tidak suka dengan nama saudara. Mungkin saudara juga tidak mengerti nama saudara. Suatu hari, anggap saja saya bertemu dengan Rasul Paulus. Paulus itu artinya yang kecil atau yang terakhir. Saya ketika membaca nama saya, saya malu, terlalu berat. Agus itu artinya adalah besar. Seluruh orangtua selalu memberikan nama-nama yang hebat, tetapi Paulus memilih nama sendiri adalah Paulus.

Aku adalah yang paling terakhir. Kenapa Paulus? Kemudian dia mengatakan. Engkau tahu Agus, saya adalah orang yang paling menyiksa kekristenan. Aku pergi ke mana-mana untuk mengambil orang-orang Kristen untuk dimasukkan ke dalam penjara lalu kemudian dibunuh. Tetapi di satu perjalanan, saya sedang naik kuda bersama dengan beberapa temanku dan tiba-tiba Yesus Kristus tampak, sinar-Nya menyinari aku dan aku terpelanting. Kemudian aku mendengarkan satu suara, “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?” Engkau tahu Agus, aku adalah orang yang menjadi musuh gereja. Aku tidak layak ada di sini. Bagaimana mungkin aku menjadi rasul? Bagaimana mungkin aku diurapi oleh Tuhan? Tempatku yang sesungguhnya adalah di nereka. Aku adalah seperti bayi yang lahir prematur. Aku adalah yang paling akhir. Ketika berbicara mengenai nama, segalanya. Ketika nama adalah segalanya. Pada zaman kuno, maka seorang bangsawan yang mengambil orang lain, akan diganti namanya. Misalnya melihat Daniel, diganti menjadi Beltsazar. Daniel itu artinya God is my Judge. Tetapi Beltsazar itu adalah dewa Bel adalah pujaanku. Ketika berbicara mengenai nama, maka itu berbicara mengenai keseluruhannya.

Yesus Kristus mengatakan, jikalau engkau mau berdoa, berdoalah demikian, “Bapa kami di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.” Maka di dalam hal ini, saya akan membawa saudara-saudara mengerti nama Allah di dalam 3 kategori besar ini. Pertama, nama adalah berbicara mengenai hakekat. Hakekat itu adalah being, ontological sense of being. Hal yang paling dasar yang membedakan Pribadi ini dengan seluruh pribadi yang lain. Misalnya saja ketika saudara mengerti ada benda cair, padat dan gas. Maka kemudian saudara tanya, “Apa hakekatnya cair? Apa hakekatnya gas? Apa hakekatnya padat?” Maka yang cair itu hakekatnya tidak dimiliki oleh padat dan gas. Demikian seterusnya. Jadi ketika berbicara berkenaan dengan nama Allah, itu adalah berbicara mengenai hakekat Allah yang sejati, being ontological, hakekat pribadi Allah yang tidak dimiliki oleh seluruh pribadi yang lain. Dan apakah itu? Secara cepat saya akan mengatakan itu adalah Tritunggal. Suatu hari, Musa di tengah-tengah padang belantara, Allah menemui dia dan Allah memberikan satu misi kepada dia. Engkau pergi kepada Firaun dan katakan kepada dia, “Let My people go!” Musa mengatakan saya tidak mau. Kemudian dia beralasan begitu banyak. Salah satu alasannya yaitu nanti orang Israel tanya kepadaku, “Siapa nama Allah yang mengirim engkau?” Pada hari itu, secara luar biasa terkejut, Allah menyatakan nama-Nya kepada Musa yang sebelumnya tidak pernah Dia nyatakan kepada siapapun saja. Dia mengatakan, “I AM WHO I AM.” YAHWEH. Di dalam Alkitab adalah TUHAN. Nama Allah ini tidak pernah muncul sebelumnya. Sebelumnya, seluruh orang Israel ketika memanggil nama Allah adalah selalu Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub. Tidak pernah nama Allah dinyatakan kepada manusia. Ini adalah prinsip Alkitab yang disebut sebagai progressive revelation. Revelation itu adalah sesuatu yang tertutup sekarang dibuka untuk dinyatakan, diketahui. Di dalam Alkitab dengan jelas Allah menyatakan, reveal diri-Nya secara progressive. Makin lama makin jelas. Ini tidak berarti bahwa pewahyuan yang awal kurang mutunya dibandingkan dengan yang akhir. Sebab setiap pewahyuan Tuhan itu sempurna pada diri-Nya sendiri. Tetapi yang disebut sebagai progressive revelation adalah pewahyuan selanjutnya akan melengkapi. Sehingga apa yang Tuhan maksudkan itu makin lama makin jelas.

Di dalam kitab Kejadian tertulis penciptaan manusia. Di situ dikatakan “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Di situ dikatakan Kita. Dan kemudian di dalam kitab Kejadian ketika Allah memimpin Abraham, ketika Allah memimpin Ishak, ketika Allah memimpin Yakub, Allah tidak pernah menyatakan nama-Nya. Bahkan ketika Yakub bergumul dengan Allah, maka Yakub bertanya kepada Allah, “Siapa nama-Mu?” Allah tidak menyebutkannya. Malah Allah bertanya, “Siapa namamu?” Sampai kepada Yakub, Allah tetap tidak membuka diri-Nya. Tetapi pada zaman Musa, Allah menyatakan nama-Ku yaitu Yahweh. Nama-Ku, I AM WHO I AM. Kalau saudara melihat lagi dalam Perjanjian Baru ada suatu kalimat yang luar biasa yang dikatakan Yesus Kristus, yang membuat seluruh orang Israel yang mendengarkannya marah kepada Yesus Kristus dan ingin membunuh Yesus Kristus di titik itu. Yesus mengatakan, “Sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Dia menyatakan Dialah I AM yang bertemu dengan Musa. Dan di akhir dari pelayanan Yesus Kristus, Dia mengumpulkan murid-murid-Nya dan kemudian Dia mengutusnya, “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama, in the name, Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Pertama di dalam kitab Kejadian, Kita. Kemudian di dalam kitab Kejadian lagi, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Di dalam kitab Keluaran, I AM WHO I AM. Di dalam kitab Injil, sebelum Abraham jadi, I AM. Dan di akhir dari pelayanan Yesus Kristus, Dia membuka kepada kita siapa nama Allah itu, yaitu Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus. Itulah being, itulah ontological, itulah hakekat Allah yang sejati. Itulah sebabnya saudara-saudara akan melihat seluruh murid Yesus mempertahankan kesucian nama Allah Tritunggal itu dengan darahnya. Seluruh bapa gereja mempertahankan kesucian nama Allah Tritunggal itu dengan hidup dan darahnya sampai mati. Jikalau engkau mau berdoa, berdoalah, “Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu.”

Hal yangkedua, ketika berbicara berkenaan dengan nama Allah, maka itu selalu bersangkut paut dengan perbuatan Allah, karya Allah. Di dalam Alkitab, nama Allah selalu digabung dengan karya Allah. Sehingga ketika Yesus Kristus mengatakan “Dikuduskanlah nama-Mu.” Ini bersangkut paut dengan relation, pergaulan kita dengan Allah. Saya akan jelaskan ini. Suatu hari Allah berbicara kepada Abraham. “Abraham, persembahkanlah anakmu yang tunggal itu, Ishak, di gunung itu, di tanah Moria.” Ini sesuatu hal yang sulit sekali. Anak tunggal, satu-satunya yang dia impikan bertahun-tahun. Setelah dia menjadi seorang pemuda, remaja, Tuhan tiba-tiba meminta Abraham untuk mempersembahkan anak itu. Dia menyatakan, besok, di tempat itu. Ini adalah satu prinsip pelayanan yang penting. Tuhanlah yang menentukan jenis korban. Tuhanlah yang menentukan waktu berkorban. Tuhanlah yang menentukan tempat pengorbanan. Banyak dari kita melakukan pelayanan, tidak memikirkan prinsip ini. Kita melakukan pelayanan apa yang kita suka. Kita berkorban sesuai dengan apa yang aku mau. Berkali-kali saya berbicara kepada banyak orang di tempat ini, “Engkau jangan menentukan tempat pelayanan sendiri”. Tuhan yang menentukan korbannya. Tuhan yang menentukan waktunya. Tuhan yang menentukan tempatnya. “Abraham, korbankan Ishak, anakmu yang tunggal itu, besok pagi, di gunung itu.”

Saya yakin sekali Abraham akan bergumul. Di malam harinya dia berdoa terus-menerus untuk memohon Tuhan berbicara lagi kepada dia sesuatu yang lain. Mungkin sekali dia terus menampar pipi kanan-kirinya, berpikir mungkin dia salah mendengar. Tetapi ini adalah perintah Tuhan. Pagi-pagi benar maka dia pergi membawa dua bujangnya beserta Ishak, anaknya. Di dalam sepanjang perikop itu, sama sekali tidak muncul nama istrinya. Kata ‘Sara’ tidak muncul sekalipun. Abraham tahu, di dalam urusan seperti ini, penghalang utama ketaatannya adalah istrinya. Saudara-saudara, orang-orang laki-laki. Kalau saudara melihat penghalang kehendak Tuhan terjadi adalah istrimu, lebih baik diam. Saudara-saudara bisa bayangkan kalau Sara itu tahu? Dia akan melawan Abraham. “Enak saja engkau! Dia ini lahir dari perutku, bukan perut kamu. Engkau yang kemudian mempersembahkan. Engkau enak aja.” Tetapi Abraham diam. Dia membawa Ishak. Ishak seorang yang cermat, “Mau ke mana papa?” “Kita akan membuat pengorbanan bagi Tuhan”. Dia lihat, “Eh, papa bawa pisau, papa bawa kayu, papa bawa api, tetapi di mana dombanya?” Wah, Ishak bicara seperti itu, saya yakin Abraham hatinya remuk. Di dalam hatinya Abraham akan mengatakan, “Ya, kamu.” Saudara bisa tersenyum sekarang karena peristiwa ini saudara telah ketahui. Tetapi kalau saudara pada waktu itu ada, saya yakin sekali maka saudara tidak bisa menerima kenyataan ini.

 Søren Aabye Kierkegaard menuliskan komentari terhadap hal ini dan dia membayangkan berimajinasi kira-kira seperti apa. Meskipun kita tidak terlalu setuju, tetapi mungkin sekali hal ini terjadi. Dia mengatakan mungkin sekali Abraham akan berpura-pura gila di depan anaknya supaya anaknya tidak kehilangan iman. Dia akan bertingkah seperti orang gila dengan air liur di mana–mana dan dengan pisau mengejar-ngejar anak itu. Dan Abraham itu kemudian membawa Ishak di tempat dari persembahan itu. Ishak tidak tahu, Ishak meronta, tetapi Abraham dengan kekuatannya berusaha mengikat Ishak. Tentu dengan air mata. Dan kemudian pada waktunya, dia mengambil pisau itu dengan gemetar, dan kemudian hal yang terakhir yang dilakukan adalah menetapkan hatinya! Menetapkan hatinya untuk taat! Dan kemudian dia mau untuk membunuh Ishak, tiba-tiba malaikat Tuhan mengatakan, “Abraham! Lepaskan pisau itu.” Dan peristiwa itu kemudian, malaikat Tuhan membawa satu domba yang ada di sana. Abraham melihat itu dan kemudian Abraham membawa domba itu ke tempat di mana tadinya Ishak itu ada, mengikatnya dan kemudian mematikannya, dengan memandang sesuatu yang akan terjadi ribuan tahun kemudian. Bahwa aku tidak jadi mempersembahkan anakku, tetapi Tuhan tidak akan menahan pisaunya untuk mematikan Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus dan kemudian Abraham mengatakan, “Jehovah Jireh,” Tuhan yang menyediakan bagiku.Dikuduskanlah nama Tuhan. Ketika nama Jehovah itu muncul, maka karya Jehovah itu ditempelkan. Jehovah Jireh.

Di tempat yang lain, Musa. Suatu hari Musa itu keluar dari Mesir bersama dengan orang-orang Israel. Dua setengah juta orang yang tidak pernah berperang. Tiba-tiba sekarang dihadang dengan tentara-tentara Amalek. Ini adalah peperangan pertama orang-orang Israel yang keluar dari Mesir. Ini adalah peperangan yang sama sekali tidak seimbang. Dan kemungkinan besar seluruh orang Israel akan dibinasakan di jalan itu. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai pengalaman berperang, orang-orang yang sudah lama dijajah. Dan kemudian Musa mengatakan kepada Yosua, “Ambil orang-orang yang gagah, dan kemudian engkau berperang dengan orang-orang Amalek itu.” Lalu Musa cepat-cepat naik ke gunung yang terdekat. Dia mengerti, inti peperangan, bukan kekuatan Israel, tetapi apakah Allah berperang untuk dia atau tidak? Maka Alkitab menyatakan, Musa itu berdoa kepada Yahweh, dia berdoa terus-menerus berjam-jam. Alkitab mengatakan, ketika dia mengangkat tangannya, maka Yosua memenangkan, tetapi ketika dia kecapaian dan dia menurunkan tangannnya, maka Yosua itu kemudian kalah. Setelah Harun dan Hur mengetahui prinsip ini, maka kemudian Harun dan Hur menopang kanan dan kiri tangan Musa untuk terus membuat Musa berdoa kepada Allah. Sekali lagi ini bukan sinkritisme. Ini adalah suatu pelajaran bagi gereja Tuhan. Kemenangan peperangan kita ditentukan dari seberapa banyak kita mau membayar harganya di dalam doa! Dan kemudian Musa terus mengangkat tangannya sampai sore; kemudian seluruh tentara Amalek disapu dan dihancurkan. Dan kemudian setelah kemenangan itu, maka Musa membangun sebuah mezbah. Dan di mezbah itu, dia menyatakan Jehovah-Nissi,” Allah adalah panji-panji perang Israel.

Saudara lihat, setiap kali Alkitab menyatakan nama Allah, di belakangnya ada sebutan untuk karya-Nya. Yesaya menyatakan, Yahweh-Tsevaot,” Allah semesta alam. Gideon menyatakan, Yahweh-Shalom,” Tuhan adalah pendamaianku. Yeremia mengatakan, Jehovah-Tsidkenu,” Tuhan itu adalah kebenaranku. Yehezkiel suatu hari menubuatkan satu kota Allah yang akan hadir, Yerusalem yang baru, di mana sejak Perjanjian Lama, ribuan tahun, dia sudah melihat hal itu dan Yehezkiel menyatakan,”Yahweh hadir di sini, Jehovah-Shammah.”

Jikalau engkau mau berdoa, berdoalah demikian, “Bapa kami di surga, dikuduskanlah nama-Mu”. “Dikuduskanlah nama-Mu”. Bagaimana saudara bisa mengenal bahwa Allah itu Tritunggal itu adalah kudus, berbeda, Dia memiliki kelas pada diri-Nya sendiri? Jikalau kita memiliki pergaulan dengan Allah di dalam karya-Nya. Di dalam Kejadian 4:26, “Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set, dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.” Itu bukan berbicara berkenaan, “Oh, Tuhan. Aku juga panggil nama-Nya Tuhan”. Tetapi kalau saudara-saudara melihat setelah ayat tersebut dan khususnya pada Kejadian 5, saudara akan menemukan 2 aliran yang berbeda, anak-anak kegelapan dan anak-anak terang. Anak-anak kegelapan memiliki ciri self-exaltation, peninggian diri sendiri. Sedangkan anak-anak yang memanggil nama TUHAN, disebut sebagai anak-anak terang. Saudara-saudara akan lihat, orang ini adalah orang yang bergaul dengan Allah. Henokh berjalan bersama dengan Tuhan. Ketika berbicara berkenaan dengan “Bapa kami di surga, dikuduskanlah nama-Mu”. Bagaimana kita bisa mengkuduskan nama Allah? Jikalau kita boleh mengenal bahwa Dia adalah Allah Tritunggal yang tidak ada kesamaan dengan seluruh allah di dunia ini. Dan kedua adalah jikalau kita memiliki pergaulan dengan Allah yang sejati. Ini adalah panggilan untuk mengenal pribadi Allah dan juga panggilan untuk berjalan bersama dengan Allah. Saudara dan saya tidak mungkin bisa untuk memuliakan nama Allah kecuali kita mengenal Dia dan kita bergaul dengan Dia.

Ketiga, terakhir, ketika kita berbicara berkenaan dengan nama, itu adalah bicara berkenaan dengan sifat. Musa bertanya kepada Allah, “Siapa nama-Mu?” Dan kemudian Allah menyatakan, “I AM WHO I AM”. YHWH. Ini adalah empat huruf yang tidak terkatakan, the four unspeakable letters. Allah menggunakan Bahasa Ibrani di dalam hal ini untuk mewahyukan diri-Nya. Saya sangat setuju sekali dengan satu lagu, dia mengatakan ini adalah nama yang terindah, nama yang tidak bisa terucapkan bahkan pada manusia. “I AM WHO I AM.” Dan dari ayat ini saja, saudara akan mendapatkan tiga sifat Allah yang tidak akan bisa tertandingi oleh siapapun saja. “I AM WHO I AM” itu artinya Dia self-eternal, kekal pada diri-Nya sendiri. Dia tidak memiliki past dan tidak ada future. “I AM WHO I AM” artinya adalah Dia self-exist, Dia tidak memerlukan siapa pun saja untuk Dia ada, dan segala sesuatu tidak ada kecuali Dia mengadakannya. Dan ketiga ketika berbicara tentang “I AM WHO I AM”, itu artinya adalah Dia adalah self-sufficient. Dia tidak memerlukan sesuatu di luar diri-Nya untuk mencukupi diri-Nya.

Saudara bandingkan Yahweh dengan seluruh pendiri agama. Saudara bandingkan Yahweh dengan agama-agama apa pun saja dengan konsep allahnya. Apakah itu Buddha? Hindu? Atau orang-orang Islam sekalipun. Saudara akan tahu Allah TrItunggal pada diri-Nya sendiri memiliki kelas yang berbeda. Seluruh allah ciptaan manusia, jikalau itu bukan Allah Tritunggal, saudara akan tahu ketiga hal ini pasti salah satunya tidak ada. Apakah dia itu tidak self-eternal, atau dia tidak self-exist, atau dia tidak self-sufficient? Itulah sebabnya Luther menyatakan, “Let God be God, let men be men”.

Dan apa yang menjadi lawan kata dari “dikuduskanlah nama-Mu”? Yaitu nama-Mu dinista, nama-Mu dihina. Siapa yang menista dan menghina nama Tuhan? Jawabannya adalah umat Allah sendiri. Saya akan menutup dengan satu ayat Alkitab, Yehezkiel 36:20-21. Mari kita membaca bersama-sama. “Di mana saja mereka datang di tengah bangsa-bangsa, mereka menajiskan nama-Ku yang kudus, dalam hal orang menyindir mereka: Katanya mereka umat TUHAN, tetapi mereka harus keluar dari tanah-Nya. Aku merasa sakit hati karena nama-Ku yang kudus yang dinajiskan oleh kaum Israel di tengah-tengah bangsa-bangsa, di mana mereka datang.” Oh, ini satu kalimat yang luar biasa tajam. Sejarah menyatakan, nama Allah dinajiskan bukan oleh orang Mesir, bukan oleh orang Babel, satu-satunya dari kalimat, nama Allah itu dinajiskan adalah oleh umat-Nya sendiri. Nama-Nya yang kudus itu dinista oleh mereka. Bagaimana nama-Nya yang suci itu dinista oleh mereka? Karena umat Allah tidak mau taat. Umat Allah tidak mau hidup suci. Umat Allah hatinya mendua. Umat Allah tidak berbuah. Seluruh bangsa lain bukan melihat Allah Tritunggal memiliki kelasnya sendiri, tetapi mereka menertawakan Allah Tritunggal itu. Yesus Kristus berkata kepada kita semua, “Biarlah hidup kita mempermuliakan, menguduskan nama Allah Tritunggal.” Biarlah nama Allah Tritunggal dikenal di seluruh dunia, dihormati dan disembah di seluruh dunia dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seluruh ilah yang ada, dan itu adalah panggilan kita. “Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu”.

Alamat

556 - 558 Botany Road, Alexandria, NSW, 2015
sekretariat@griisydney.org
0422690913
0430930175

Social Media

Facebook GRII Sydney Instagram GRII Sydney Twitter GRII Sydney


Google Play Store
App Store

^